Siang ini, matahari terlihat malu menampakan dirinya. Tapi aku harus siap mengantarkan HP dan dompet ayah yang tertinggal dirumah ke kantornya. Ku berhenti sejenak di ufuk pintu dan menatap ke langit. “mungkin kau akan menangis hari ini, tapi tunggulah sampai ku kembali kerumah. Agar aku dapat melihat tangisanmu dengan hangat”.
Ku mulai memutar roda sang jagoan untuk pergi. Aku termangu memandangi jalanan. Lihatlah betapa sibuknya kendaraan-kendaraan itu berseliweran dihadapan ku. Sesekali bunyi telakson mengagetan jantung ku, memberi tanda betapa terburu-burunya mereka untuk segera pergi.
Tak lama ku memacu kuda besi ku dengan cepat, sampailah aku di depan halaman kantor ayah. Tak lama setelah ku parkirkan motor ku di bibir jalan.
“assalamualaikum tante ini mi, apakabar? “ sapa ku di telepon dengan salah satu rekan ayah.
“walaikumsalam hey mi, kabar baik J kamu sendiri bagaimana? “
“alhamdulillah tante, mi baik juga J. Oiya tante di ruangan ada ayah ga? Mi udah ada di depan gedung. Maaf tante sebelumnya, boleh mi minta tolong panggilkan ayah untuk turun ga ? J “
“masuk aja mi sini keatas,tidak apa-apa ko”
“hehehe ga enak tante, lagi pula susah parkirnya masuk kedalam sudah penuh”
“oiya yah, ya nanti tante kasih tau ayah mu, ni dia lagi turun. Tunggu sebentar ya mi J “
“ iya tante terimakasih sebelumnya. Assalamualaikum”
“ iyah sama-sama . walaikumsalam”