Lihat ke Halaman Asli

Kalau Harus Menghadapi TOEFL

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_68940" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (teflprep.com)"][/caption] Salah satu pertanyaan yang sering diajukan orang ke saya adalah: “Gimana sih caranya supaya skor TOEFLnya bisa tinggi?”. Walaupun skor TOEFL saya sedikit di atas rata-rata, saya juga ga ngerti gimana jawabnya. I just did the test. That’s it. Yang artinya seharusnya TOEFL tidak semengerikan yang dibayangkan orang. Saya sendiri termasuk orang yng lemah dalam hal penguasaan bahasa. Tapi toh, skor TOEFL saya cukup lumayan, bahkan bisa mengantarkan saya menjadi salah satu penerima beasiswa. Mungkin bukan gimana cara menjawab pada saat tes kali ya. Tapi persiapan kita SEBELUM tes juga ngaruh. Banget.

Bagi saya, salah satu kuncinya mungkin ini ya:

Get used to English, not just the test itself…

Kursus dan les persiapan TOEFL itu memang bagus sih. Dari situ pastinya kita bakal dapat banyak dasar-dasar teoritis. Tapi ada saat-saat dimana kita lupa soal semua teori-teori itu. Kalau sudah lupa teori gini, mesti gimana coba? Nah, kalo sudah terbiasa membaca dan mendengar dalam bahasa Inggris, biasanya jadi sedikit lebih gampang. Seringkali, kalo sudah sering membaca dan mendengar dalam bahasa Inggris, walaupun untuk mengartikan dalam bahasa Indonesia masih susah, kita sedikit banyak bisa ngerasa apakah suatu kalimat terasa janggal atau tidak, terasa enak apa nggak, make sense ato ga.

Feeling semacam ini buat ngerasa apakah kalimat itu bener ato ga, janggal ato ga, bukan cuma masalah bakat. Ya balik lagi soal kebiasaan tadi. Sering-sering aja membaca artikel, cerita, gossip, atau apapun yang menarik bagi kita, tapi ditulis dalam bahasa Inggris. Coba iseng-iseng menulis dalam bahasa Inggris, kemudian periksa apakah yang sudah kita tulis tadi sudah memenuhi kaidah per-grammar-an bahasa Inggris (per-grammar-an? sungguh kata benda yang aneh dan dipaksakan).

Yang namanya kebiasaan ini ya bukan sesuatu yang kita lakukan secara insidentil. Kalo tiba-tiba jadi rajin baca The Jakarta Post karena 3 hari lagi mau ikut tes TOEFL, it won’t help you that much. Kalo saya bilang sih, membiasakan diri membaca sesuatu yang berbahasa Inggris mestinya jangan cuma karena mau tes TOEFL. Sekarang pun kebiasaan semacam ini bisa mulai dipupuk, walaupun kita ga tau kapan kita mau dan perlu ngambil tes TOEFL. Lagian kan ga ada ruginya kalo kita membiasakan diri? Malah jadi tambah wawasan…

Listening section?

Listen to a movie. Or song. Or news. Anything. Jangan cuma denger bule ngomong pas pelaksanaan tesnya aja. Punya DVD player ga? Cari DVD film favorit anda. Yang dialognya pake bahasa Inggris lho ya, jadi jelas film horornya Indonesia bakal tereliminasi dengan pastinya dari pilihan. Setel, dan aktifkan subtitlenya ke dalam bahasa Inggris, dan dengarkanlah dialog para pemain film sambil mencocokkan dengan subtitlenya. There. You have it. A practice to listen people talking in English while you are entertaining yourself at the same time.

Bagian pertama atau Part A dari Listening Section isinya adalah dialog singkat antar 2 orang. Here’s a hint. The key to the answer usually comes from the second speaker. Biasanya orang kedua dalam percakapan itulah yang mengucapkan petunjuk utama dari jawaban yang diperlukan. Dan biasanya, the person would talk in idioms. Idioms? Idioms itu kiasan. Jadi kata-kata yang bermakna ganda. Nah, karena penggunaan idiom inilah, kalo ada opsi jawaban yang dengan jelas mencantumkan kata-kata yang diucapkan oleh the speaker, justru seringkali itu bukan jawaban yang benar.

Part B dan C biasanya lebih sulit, karena dialog maupun narasi yang disampaikan lebih panjang. Anyway, coba deh sambil mendengarkan dialog tersebut, sambil juga membaca pilihan jawaban yang disediakan. You know, untuk memperkirakan kira-kira apa yang akan muncul sebagai pertanyaan.

Being nervous will not make it easier.

Percaya deh. Saya sendiri termasuk orang yang sangat gampang merasa terintimidasi. Makanya, di luar ruangan tes, saya biasanya mengautiskan diri. Duduk agak jauh dari peserta tes lainnya. Bukannya sombong, tapi rata-rata para peserta yang lain menunggu pelaksanaan tes sambil membaca buku-buku berjudul “Kiat Sukses Meraih Skor 600 dalam TOEFL” atau semacamnya, dan tebelnya ngalah-ngalahin KBBI. Ngeliat orang yang kayak gitu biasanya membuat saya terintimidasi, membuat saya merasa jadi salah satu orang paling bodoh senusantara. Dan kalau sudah merasa seperti itu, saya jadi ga bisa nafas. Apalagi mikir. Apalagi ngebuletin jawaban di lembar jawaban. Kalau anda termasuk orang seperti saya, then do not let yourself drown in that situation. Mending nyari tempat yang sepi. Baca buku yang anda bawa, atau dengerin music dari I-Pod/hape/MP3 Player. Kalo bisa sih lagu ber Bahasa Inggris. Kan lumayan untuk membiasakan diri mendengar dalam bahasa Inggris.

Well, anyway… Tiap orang mungkin punya cara yang berbeda-beda dalam menghadapi TOEFL. For me, those are the things that I do whenever I need to do a TOEFL test. Hope it helps :D.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline