Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Guru dan Dosen Inovatif untuk Generasi Alpha yang Cakap dalam Berliterasi

Diperbarui: 30 Juni 2024   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wajah pembelajaran di masa depan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi banyak perubahan pada pola pikir dan gaya hidup manusia saat ini. Perubahan-perubahan juga terjadi pada perkembangan dan gaya belajar siswa maupun mahasiswa yang memberi perubahan dengan generasi sebelumnya.

Menyambut generasi Alpha yang memiliki keunggulan lebih baik dalam menggunakan teknologi, guru dan dosen harus belajar lebih ekstra terutama dalam menguasai literasi digital agar dapat menjadi pendaping dan rekan belajar siswa maupun mahasiswa yang mampu mengimbangi keunggulan tersebut.

Menurut Suhantono (2021) ciri dari generasi Alpha adalah akrab dengan gawai, multitasking, banyak berkomunikasi dengan orang lain secara luas melalui media online, berpikir terbuka, senang terhadap hal yang praktis dan kritis. Karakteristik tersebut menunjukan sikap, perilaku, cara berfikir yang tidak jauh berbeda dengan generasi Z sebelumnya, namun sedikit berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Lantas bagaimana seharusnya guru dan dosen menyiapkan pembelajaran inovatis terhadap generasi yang luar bias ini?

Untuk menghadapi generasi Aplha yang selalu terhubung dengan internet dan kecanggihan teknologi, penting bagi guru untuk mempelajari dan menguasai literasi dasar agar mampu memberikan pembelajaran yang komunikatif, efektif, dan efisien.

Pembelajaran inovatif selalu diberikan guru pada setiap murid atau mahasiswanya untuk mempermudah menyampaikan materi dan membuat peserta didik nyaman dan aktif dalam menerima materi pelajaran. Pembelajaran inovatif pada tiap-tiap generasi selalu berbeda karena selalu ada perubahan dari gaya belajar, cara berpikir, dan sumber daya alam yang ada, perubahan selalu mengikuti perkembangan zaman.  

Menjadi guru dan dosen artinya siap untuk menjadi orang tua kedua bagi seluruh siswa yang dididiknya. Sejalan dengan ungkapan Mendikbutristek bahwa kebijakan terhadap inovasi pembelajaran bukan semata kebijakan pemerintah saja tapi harus dibarengi dengan keikhlasan dari guru-guru maupun dosen demi mencerdaskan generasi bangsa. 

Artinya sebelum mendidik anak-anaknya orang tua harus belajar terlebih dahulu apa yang akan disampaikan, bagaimana kebermanfaatanya, bagaimana cara menyampaikannya, bagaimana cara agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak-anaknya. 

Menjadi guru dan dosen pada generasi yang serba bisa melakukan sesuatu, serba kritis terhadap sesuati pastinya membutuhkan banyak hal yang harus dikuasai oleh guru dan dosen, salah satunya menguasai literasi dasar dengan baik agar mampu memberikan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan pada generasi Alpha kedepannya.

Untuk menggerakan tranformasi pendidikan Indonesia menuju arah yang lebih baik, bukan hanya menjadi priorita pemerintah, namun juga bagi seluruh pemangku kepenting baik guru, dosen maupun orang tua. Kemendikbudristek menjelaskan tiga faktor kunci yang akan memengaruhi keberlanjutan Merdeka Belajar di masa yang akan datang.

  • Pertama, peran penting ratusan ribu Guru Penggerak yang telah menjadi agen perubahan dengan memperkenalkan paradigma baru dalam pendidikan serta memberikan dampak positif bagi rekan-rekan guru lainnya.
  • Kedua, lebih dari 80% sekolah-sekolah di Indonesia telah secara sukarela mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip maupun ide-ide dari kurikulum Merdeka, termasuk Gerakan Literasi Nasional untuk meningkatkan kemapuan literasi dasar siswa.
  • Ketiga, revolusi digital melalui platform-platform pendukug pembelajaran yang telah diperkenalkan oleh Kemendikbudristek.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline