Lihat ke Halaman Asli

Uswatun Hasanah

Mahasiswa Nyambi Usaha

Pentingnya Literasi Sejak Dini

Diperbarui: 28 Juni 2021   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di bangku perkuliahan, kita sering mendengar istilah skripsi yang merupakan tugas akhir bagi mahasiswa sarjana S1 dalam menyelesaikan studinya. Dalam pembuatan skripsi sendiri mahasiswa memaparkan hasil penelitiannya atas suatu masalah atau fenomena yang diangkatnya tentunya dengan kaidah-kaidah keilmiahan. Pada penulisan skripsi juga, seorang peneliti tentunya menggunakan teori serta mengutip atau merujuk karya penulis lain yang sudah ada sebelumnya baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Biasanya kutipan-kutipan tersebut diambil dari artikel, jurnal ataupun buku.

Mengutip atau merujuk pada karya yang sudah ada berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas hasil temuan atau argument yang ingin disampaikan oleh seorang penulis. Rujukan juga dapat digunakan sebagai acuan dan bukti pembenaran dari karya orang lain. Dengan kata lain, pendapat atau argumen dari peneliti bisa menjadi lebih kuat oleh adanya kutipan tersebut.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini ditambah dengan pembelajaran sekolah maupun universitas yang masih dilaksanakan secara daring, tentunya membawa banyak pengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan belajar para pelajar maupun mahasiswa. 

Adanya pembelajaran secara daring ini banyak membawa perubahan positif dimana para pelajar dan mahasiswa dapat menguasai teknologi lebih dalam dibandingkan pada pembelajaran luring seperti saat sebelum pandemic. Para pelajar dan mahasiswa menjadi lebih sering mengakses internet dan menambah angka melek teknologi dalam masyarakat. Selain sebagai media pembelajaran, internet juga dinilai mampu memudahkan pekerjaan sehari-hari.

Namun dibalik sisi positif yang ada, ada pula sisi negative yang muncul dari pesatnya perkembangan teknologi ini, khususnya dibidang pembelajaran. Bermain gadget secara berlebihan tentunya akan membuat kita lalai akan hal-hal penting dan juga akan membuat kita menjadi pemalas. Kemalasan ini akan membawa kita kepada hal-hal yang kurang bermanfaat. 

Padahal waktu yang ada bisa kita gunakan untuk belajar, membaca, mencari ilmu pengetahuan baru, ataupun hal-hal positif yang lain yang bisa kita akses menggunakan gadget, dimanapun dan kapanpun.

Dari gadget, kita bisa membaca buku-buku, artikel, jurnal, atau tulisan-tulisan lain yang dapat menambah pengetahuan kita. Selain menambah pengetahuan, dengan sering membaca karya-karya tulisan kita akan menjadi terbiasa dalam memahami karya-karya dan nantinya kita akan mudah untuk menulis suatu karya tulisan karena sudah memiliki banyak referensi dari apa yang sudah kita baca. 

Dari sini, kita perlu menumbuhkan semangat berliterasi baik melalui gadget ataupun yang lainnya.

Seperti yang kita tahu, masih banyak dari kita yang belum memiliki semangat literasi, khususnya pelajar dan mahasiswa yang seharusnya memiliki kebiasaan membaca yang baik. Kebiasaan membaca ini sangat diperlukan mengingat kita sebagai kaum akademisi harus memiliki pengetahuan yang luas, khususnya para mahasiswa yang harus mengerjakan skripsi sebagai tugas akhir dimana dalam proses pengerjaannya memerlukan banyak referensi. 

Pada kenyataannya masih banyak mahasiswa semester akhir yang masih kesulitan dan kurang referensi dalam menulis akibat kurangnya literasi di semester-semester sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline