Lihat ke Halaman Asli

[Seri ke-7] Nabi Idris: Duta dan Teknokrat Pertama yang Menggemparkan Penduduk Langit

Diperbarui: 1 Maret 2017   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi”. (Q.S. 19: 56-57)

Nabi Idris adalah generasi keenam Nabi Adam. Idris bukanlah nama asli melainkan sebutan (gelar) dari kata darasa yang artinya belajar. Gelar ini dilekatkan kepadanya karena Idris memang menunjukkan semangat belajar yang luar biasa. Ia mempelajari 60 suhuf (yang telah Allah berikan kepada Nabi Adam dan Nabi Syits a.s.) serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Idris pun tampil menjadi pribadi yang berwawasan luas.

Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, keluasan wawasan yang beliau miliki meliputi: 1) kemampuan berhitung (matematika), 2) kemampuan tulis-menulis, 3) kemampuan menjahit, dan 4) kemampuan bidang astronomi.

Dalam bidang Matematika, Nabi Idris mengenalkan konsep hitungan berupa tambah, kurang, kali, dan bagi. Dan dalam proses penghitungannya, ia menjadikan angka 6 dan kelipatannya sebagai patokannya (mengambil ibrah dari penciptaan langit dan bumi dalam enam masa). Patokan ini pun masih digunakan dalam penghitungan waktu (jam) sampai masa sekarang (1 jam=60 menit, 1 menit=60 detik, dst).

Dalam bidang tulis-menulis, Nabi Idris menulis dengan cara menggoreskan simbol (huruf atau angka pada masa itu) di atas lempengan lumpur tipis (yang mulai mengering) dengan menggunakan sebilah batu atau kayu. Lalu lempengan lumpur tersebut dijemur sampai kering agar menjadi keras. Dengan cara inilah maka tulisan (terutama suhuf) pada waktu itu bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.

Selanjutnya dalam bidang menjahit, Nabi Idris telah terampil membuat pakaian. Ia memakai pakaian yang ia jahit sendiri menggunakan tangannya. Melalui proses menjahit ini, pakaian Nabi Idris menjadi berbeda dengan pakaian yang lainnya. Yaitu lebih variatif (karena bahan yang digunakan bisa digabungkan dengan bahan lain) dan lebih dinamis (karena sesuai dengan tekstur badan manusia). Kemampuan mampu menjadi daya tarik bagi sebagian masyarakat Qabil sehingga mau menerima dakwah Nabi Idris.

Adapun dalam bidang astronomi, Nabi Idris telah pandai menentukan arah. Beliau tidak memaknai bintang-bintang sebatas hiasan langit (di malam hari) saja. Beliau menyadari bahwa ada formasi tetap di balik gemerlapnya taburan bintang-bintang yang bisa dijadikan sebuah patokan. Ia pun menerapkan formasi bintang itu sebagai petunjuk arah saat bepergian di malam hari sehingga tidak tersesat. Keterampilan inilah yang menjadi pemicu munculnya penjelajahan di darat dan lautan.

Dengan berbekal wawasan luas (dan keyakinan yang kuat terhadap suhuf Allah), Nabi Idris ditugaskan menjadi duta pertama (untuk mendakwahi masyarakat Qabil). Ia memanfaatkan keterampilannya sebagai pemikat. Ia mulai mengenalkan ilmu hitung (matematika), menulis, menjahit, dan astronomi. Terkenallah Nabi Idris sebagai teknokrat pertama. Dengan teknologi yang disampaikannya sebagian masyarakat Qabil beralih dari budaya memuaskan hawa nafsunya kepada fokus membuat karya.

Semangat dan dedikasi Nabi Idris dalam berdakwah sangat luar biasa. Ia tidak pernah jemu menemui masyarakat Qabil dari satu kampung ke kampung lainnya. Memang jumlah masyarakat Qabil lebih banyak di banding Bani Adam yang hanif. Nabi Idris dengan telaten terus berikhtiar menyerukan jalan kebenaran. Allah pun menganugerahkan derajat kenabian dan memberikannya belak tambahan berupa wahyu sebanyak 30 lembar (suhuf).

Nabi Idris memang lantang. Ia menyerukan kebenaran dengan tegas dan lugas. Ketegasannya inilah yang menyebabkan ia digelari Asadul Usud yang berarti singa dari segala singa.

Baginya tidak ada kata lelah. Kecintaannya kepada dunia dia jauhkan karena menurutnya cinta dunia dan akherat tidak akan pernah bertemu dalam satu hati. Profile inilah yang menjadikannya populer di kalangan penduduk langit (para malaikat). Dalam salah satu tafsir dikatakan bahwa Allah telah mengangkatnya ke martabat yang tinggiyaitu denganmemanggilnya langit ke-4 dan beliau meninggal di sana. Wallahu a’lam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline