Apa yang selalu di ucapkan seorang pemimpin menjadi cermin sebuah keinginannya untuk benar - benar mewujudkan menjadi sebuah realita. Walikota Palopo Drs.H.M Judas Amir,MH, sering sekali mengingatkan Jajarannya untuk selalu menjadi pelayan masyarakat dengan baik, bekerja dengan ikhlas, siapa mau kerja apa, program-programnya, dan sederet pesan bijak lainnya.
Banyak informasi yang beredar, ada yang mendukung, disisi lain ada juga yang mengkritik. Akan tetapi membuka kembali program pada Dinas Pendidikan yakni Diklat Kepelautan gratis, ditarget pemuda Palopo mempunyai keterampilan yang bisa menjadi modal hidupnya di masa depan. Pelaut suatu pekerjaan yang banyak diminati para pemuda Palopo, Hal ini diyakini Walikota sebagai titisan 'pakkapalae' nenek moyang orang bugis yang merupakan pelaut ulung. Kemampuan membaca keinginan yang mendasari sebuah kebijakan, sangat patut di apresiasi.
Tengok juga Program JA jemput antar orang sakit, pernahkah anda merasakan sakit, berjalan sempoyongan tak punya biaya untuk ke rumah sakit ? Tak ada sanak keluarga yang punya mobil? hendak meminta pertolongan kepada tetangga tetapi pagar rumahnya tingi-tinggi, salah-salah malah sudah sakit, dikira mengintip berniat tak baik. Maka lahirlah terobosan sarat manfaat bagi masyarakat Palopo yang kurang mampu, tinggal telpon dan mobil ambulans JA akan datang. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya. Begitupun dengan masalah kesehatan ibu dan anak, Judas Amir selalu menasihatkan untuk mendahulukan dan memperhatikan prioritas pelayanan ibu dan anak.
Ditengah kemanfaatan sebuah program, tentu ada pula yang kurang puas, namun dengan kharismatik kesederhanaan dan peribudi-nya, Judas Amir seringkali meminta siapa saja boleh mengkritiknya. Dalam jarak waktu kepemimpinannya sudah ada manfaat program kebijakan yang bisa dirasakan oleh masyarakat Palopo. Dan ke depan luncuran program kota smart dapat memajukan masyarakat di bidang teknologi komunikasi, karena mau tak mau apa yang dinamakan serba digital akan merambah kota Palopo, dan Palopo harus siap untuk hal itu.
Sebagai masyarakat, kita petik hikmah dari nasehat Imam Syafi'i bahwa "Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti akan kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak faham landasan ilmu" Mendengarkan sang pemimpin, dengan melihat manfaat kebijakannya maka dalam menilai, mendiskusikan kebijakan seorang pimpinan, carilah orang yang bijak, perbedaan nyata dari orang awam dan orang bijaksana yakni orang bijak tidak pernah menghakimi orang dengan pendapatnya •
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H