Lihat ke Halaman Asli

Polemik Seputar Vaksin Nusantara dan Vaksin Covid 19 yang Lainnya

Diperbarui: 19 April 2021   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak dari BPOM ( Badan Pengawas Obat dan Makanan) hingga kalangan Perguruan Tinggi yang mempunyai otoritas dan legitimasi dibidang Vaksin di Indonesia sepakat menyatakan bahwa Vaksin Nusantara secara ilmiah tidak bisa dipertanggungjawabkan olehnya itu secara hukum TIDAK BISA diterapkan pada manusia sebagai vaksin covid 19.

Bahwa kemudian banyak pesohor termasuk mantan Menteri Kesehatan (dr Fadillah Supari) secara pribadi ikut ikutan jadi peserta vaksin Nusantara (vanus) itu adalah persoalan lain.

Dari situ polemik Seputar Vaksin Nusantara bermunculan antara berpihak pada apa yang disuarakan oleh para pesohor ataukah berpihak pada otoritas yang berwenang terkait ijin edar vaksin Nusantara (BPOM) yang didukung oleh para ahli yang berkompeten dibidang Vaksin.

Katakanlah apa yang disuarakan oleh pihak yang berwenang (BPOM) dan didukung oleh para ahli dibidang Vaksin sesuai dengan kaidah keilmuan dan regulasi yang berlaku terkait ijin edar vaksin Nusantara, muncul kemudian pertanyaan apakah vaksin covid 19 yang selama ini sedang digalakkan (Sinovac, pfizer, Astra zeneca) sesuai dengan kaidah keilmuan yang berlaku??.

Bagaimana bisa vaksin covid 19 mengatasi pandemi covid 19 sementara sifat Covid 19 adalah sangat LABIL dan mudah bermutasi.

Sementara antibodi yang terbentuk lewat vaksinasi covid 19 adalah bersifat SANGAT SPESIFIK.

Artinya walaupun sudah terbentuk antibodi terhadap covid 19, TAPI antibodi tersebut jelas tidak sanggup melawan varian baru covid 19 yang bermunculan kemudian.

Kasus tersebut mirip dengan yang terjadi pada vaksin influenza yang tipe virusnya sama dengan covid 19 yaitu virus Corona tipe RNA yang bersifat LABIL dan mudah bermutasi.

Vaksin influenza walaupun sudah ada terbukti tidak efektif karena selalu bermunculan varian baru virus influenza.

Dalam sejarahnya pandemi global tidak teratasi lewat vaksinasi, bahkan dalam kasus sebelumnya yaitu Flu burung,Flu Babi, MERS tidak ada vaksinasi juga reda.

Bukan untuk saling menyalahkan, tapi semua pihak harus saling introspeksi, berpikir obyektif, ilmiah, berbasis bukti dan independen itu ternyata sangat SULIT.

Intervensi dari" invisible hand " kadang kala bisa mempengaruhi independensi para ilmuwan dan lembaga yang berwenang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline