Keputusan hakim pra peradilan yang memenangkan gugatan Setyo Novanto disikapi beragam oleh berbagai pihak,dan kesannya biasa biasa saja bagi kalangan praktisi dibidang hukum,seolah sudah bisa ditebak sebelumnya.
Entah ada hubungannya dengan Aksi Bela Islam 299 dengan putusan bebas Setyo Novanto ,yang jelas kejadiannya jatuh pada tanggal yang sama.
Sebelum diputus oleh Hakim Pra Peradilan,beredar viral di medsos kondisi SetNov di RS dengan mengenakan peralatan kesehatan tapi penuh kejanggalan,seolah yang memasang alat kesehatan tersebut bukan petugas yang akrab dengan alat tersebut sehingga jadi bahan "sindiran" sementara pihak.
Setyo Novanto adalah politisi langka di Indonesia,sikapnya yang santun,rendah hati,tidak suka menyakiti pihak lain,sebabkan kehadirannya bisa diterima semua pihak,bahkan dengan jaringan yang dimilikinya,Setyo Novanto sering "diminta" tolong untuk jadi "mediator"pihak pihak yang berseberangan..
Sehingga tidaklah aneh bila SetNov bisa memenangkan gugatan pra peradilan,dengan dalih alat bukti untuk menjadikan SetNov sebagai tersangka korupsi E-KTP lemah dan kurang.
Dalam kasus tersebut sebetulnya tidak ada pihak yang dikalahkan,KPK bebas dari tekanan publik untuk menjadikan SetNov sebagai tersangka,dan SetNov untuk kesekian kalinya bisa lolos dari jeratan hukum.
Soal kemudian jadi berita penuh kontroversi ya itu soal lain,tapi dengan beragam carut marutnya kondisi Indonesia saat ini,maka berita kontroversi tersebut akan tertutupi oleh berita lain yang lebih hangat.
Faktanya masyarakat mudah bosan dan mudah lupa atas berbagai peristiwa sebab selalu dan selalu masyarakat disibukkan dengan urusan "dapur" yang selalu mendominasi pikirannya,bayar cicilan(mobil,motor,rumah),kasih uang saku anak sekolah,beli pulsa(listrik,telepon),kasih sumbangan orang hajatan,bayar sekolah dsb...dsb...sudah bikin pusing.
Pelajaran yang bisa dipetik pada kasus SetNov adalah jadilah orang baik,suka menolong,jangan usil dengan urusan orang dan yang utama adalah jangan banyak bicara.
Selamat SetNov peran bertamu untuk Indonesai yang lebih baik masih dibutuhkan,biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H