Lihat ke Halaman Asli

Usman Jayadi

Penulis, Pemerhati Pendidikan

Musuh Honorer adalah Kebodongan

Diperbarui: 14 September 2015   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata "honorer" dewasa ini, seakan-akan begitu menggelikan, bahkan sungguh memilukan. Marilah kita tengok kebelakang, ketika Presiden SBY memberikan ruang baik kepada tenaga honorer beberapa tahun silam. Namun, ruang dan niat baik tersebut seakan-akan menjadi maksiat dan penuh dengan intrik keji, bahkan bersimbah kedzoliman.

Mengapa demikian, jawaban pasti dalam kepura-puraan dan dalam umpatan. Honorer yang tidak berhak masuk kedalam kategori yang ditetapkan semua terpoles dalam tanda tanya besar. Lihatlah, bagaimana seorang guru contohnya, berubahlah menjadi pegawai berijazah Sekolah Menengah, bukan sarjana demi 2005. Alhasil, beribu-ribu pegawai tidak tahu menahu apa tugas dan kewajibannya. Beribu-ribu sekolah kehilangan guru-gurunya.

Inilah gambaran nyata negeri penuh kedustaan. Dari level terbawah pun sudah mampu berbuat khianat kepada ketentuan. Apalagi di level menengah dan di atas sana. Siapa yang salah sesungguhnya? Jawabannya adalah kepura-puraan. Dan, kini semua terkena imbasnya.

Demo diadakan untuk melawan siapa? Jawabannya bukan untuk presiden dan menterinya semata, melainkan kepada honorer dusta. Kepada BKD yang memverifikasi berkas-berkas penuh intrik nyata. Terlebih, kepada BKN yang tidak turut andil dalam kisah nyata.

Ketika banyak anggota DPR yang ribut soal K2, apakah mereka mengira K2 itu saja tenaga honorer yang butuh teriakan memangsa? Turunlah kepada para Operator sekolah yang tiap malam lembur semenjak 2005, bahkan dibawahnya harus gigit jari tanpa asuransi kesehatan dan nafkah yang berjasa.

Tengoklah juga, bagaimana guru-guru honorer kreatif yang layak disertifikasi melihat teman-teman guru PNS tanpa prestasi mendapat income tinggi. Tengoklah juga bagaimana para petugas kebersihan yang selalu dizolimi smpah tanpa upah yang melimpah. Dan seterusnya...

Oleh karenanya, prioritaskanlah tenaga honorer secara umum, bukan yang berkatagori saja, apalagi katagorinya penuh dusta.

Bravo sahabat honorer yang jujur, Tuhan tidak pernah tidur.

Terima kasih Pak SBY, atas niat baikmu dulu semua honorer akan mengenangmu. Terlebih oleh honorer katagori penuh dusta.

Ysemoga tulisan sederhana ini menjadi inspirasi dan motivasi untuk petinggi negeri ini, agar kesejahteraan, kebahagiaan, dan keadilan dirasakan oleh kita semua, terlebih kepada para honorer non katagori yang dalam kebimbangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline