Lihat ke Halaman Asli

Usman D. Ganggang

Dosen dan penulis

Ada Air Mengalir di Biji Matanya

Diperbarui: 10 Oktober 2019   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

(Sebuah kado pagi ini, hasil napak tilas, hadirkan memori indah bersama anak ganteng di seberang)

Senja merentang panjang. Kembali hujan rintik. Aku duduk santai di teras rumahku. Usai kunikmati secangkir kopi,  rokok kesayangaku, Dunhill, kuambil sebatang. Selagi menikmati semuanya, seorang anak gadis datang ,yang ternyata kemudian kutahu dia adalah mahasiswiku.

" Ass, wr.wb. Pak, bagaimana kabar?" ,"sapanya ketika matanya tertuju pada mataku. Wassalamualaikum, ananda. Setelah bincang-bincang sekedarnya, dia diam sejenak, boleh jadi menunggu tanyaku. Tapi kemudian, kupaham, lalu ,"Ada yang perlu Bapak  bantu?" tanyaku.

"Biasa Bapak, terkait pacar", jawabnya, kemudian tertunduk sendu. Waduuh, datang-datang bicara pacar. Kemarin kalau tidak salah,  sudah Bapak sampaikan soal pacar, berpacaran, dan pacaran.

"Bapak  sudah jelaskan soal pacar , itu  boleh", sambungnya

"Iya, betul!" potongku, sambil menambahkan,"Apa yang menjadi masalah?

"Iya sudah ananda laksanakan sesuai pencerahan Bapak bahwa pacar itu boleh, karena itu, sudah ananda aplikasikan",

"Lalu berpacaran?"

"Itu yang menjadi masalah, Bapak"

"Iya tahu jadi masalah mengapa pula berpacaran? Bukankah sudah Bapak uraikan konfiks  "ke-an " itu salah satu maknanya adalah melakukan kegiatan"

Kemudian dia tersenyum. Mencermati senyumnya, aku menduga, pastilah dia bertahan untuk tidak menerima permintaan pacarnya untuk melakukan kegiatan. "Apa dia minta memagang tangan?" tanyaku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline