Lihat ke Halaman Asli

Usman D. Ganggang

Dosen dan penulis

Memburu Jejak Bung Karno

Diperbarui: 20 Juni 2019   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Usman D.Ganggang*)

(1)
Mentari belum mendarat sempurna di pelataran Nusa Ende
Ketika menyisiri Taman Ria, lokasi klinong ria-nya Bung Karno
Apalagi angin Gunung Ia datang mengintai, ke mana aku pergi
Memburu jejak-jejak rindu tentang torehan kenangan Bung Karno
Dan dan sore pun berbisik ,"Sudahkah Anda menulis sajak cinta?"
Semacam memahat kenangan indah Bung Karno di Ende

(2)
Dan sebelum sore menyapa sendu dan senja belum rentang jumpai malam
Lalu, mumpung senja belum merentang panjang dan sampan belum bersauh
maka meluncur ke Situs Bung Karno, di bilangan Ambugaga adalah rindu
sebab, kangen perih di lambung waktu mengitari Ende Kota Kenangan Bung Karno
Tanpa berpikir panjang lagi, aku pun meluncur bersama Afanza baru
Untuk bercakap-ria tentang kenangan manis bersama situsmu

(3)
Begitu tiba aku diterima baik oleh penjaga setia merawat situsmu.
Sejenak jedah, kubutuh gambar situsmu Bung Karno
Ujungnya niat untuk masuk dalam rumah pengasinganmu kuurungkan
Mumpung masih ada mentari saksikan rumah sederhanamu
Ah, rasanya tidak habis pikir, seorang Bung Karno berada di sini
Dan tinggal di sebuah rumah sangat sederhana ini, batinku

(4)
Kalau tidak dikatakan pondok,apalagi ceritanya tempo doeloe
Nah, kini rumah ini sudah dipugar dengan hanya perubahan sedikit
Dulu, beratap ilalang, jalannya pun sempit di tengah rumah penduduk
Jangan bicara lagi soal listrik, bahkan air ledingnya pun tidak ada.
Bung Karno menoreh kenangan tersendiri di Ende ini,
Itulah yang sempat kucatatat terkait pengasingannya sebelum Digul

(5)
Dulu Bung Karno ketika tiba beliau menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.
Bung Karno dan keluarganya tiba di Ende-Flores pada hari Selasa , 14 Januari 81 silam
KM van Riebeeck-lah yang ditumpangi Bung Karno dan keluarganya.
Meski di awal pembuangannya, terasa serba sulit,
Ende bagi Bung Karno akhirnya memiliki banyak sahabat
Bersama-sama sahabat-sahabatnya itu, mereka mementaskan tonil.
Hingga Bung Karno malah dikenal peulis tonil (drama) oleh
masyarakat

(6)
Di depan pintu kamar tidur Bung Karno, aku bergumam
Kamar itu berhadapan dengan kamar tidur Ibu Angkatnya.
Selama di dalam rumah pengasingan Bung Karno itu
Sejumlah cerita terpajang indah dalam hati masyarakat
Semuanya jadi kenangan yang tdk mudah dilupakan
Apalagi terkait sejarah Bung Karno Sang Proklamator

(7)
Banyak cerita tercatat, terkait peninggalannya
Di sana ada sejumlah tempat tidur, meja makannya
Lukisan indah, foto-foto bersama keluarganya dan lemari pakaian terpajang
dan sejumlah peninggalan lainnya, sedang disejarahkan sahabat tersayang.
Bung Karno akhirnya meninggalkan Kota ende tepat 18 Oktober tiga tahun kemudian
Para sahabatnya sedih ketika Bung Karno dan keluarganya berangkat menuju Jawa
Kepada sahabat-sahabatnya Bung Karno pun berpesan
" Jangan menjadi peminta-minta, peraslah keringatmu untuk hidup bersama keluargamu

(8)
Di depan rumah pengasingan itu. aku termangu rindu
Bung Karno sudah menoreh kenangan tersendiri di sini
Sejenak jedah, lalu kembali aku termangu rindu jejak-jejakmu
"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belangnya"
Kucatat decakmu dalam ngiangan merdu di telinga
" Setiap zaman ada orangnya dan setiap orang ada zamannya"
Bung Karno, telah memberi catatan sejarah bangsa ini

Kota Ende, Oktober 2015
Catatan : Puisi ini terinspirasi dari Artikel berjudul:"Bung Karno Menoreh Kenangan tersendiri di Kota Ende" karya Usman D.Ganggang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline