Lihat ke Halaman Asli

Usman D. Ganggang

Dosen dan penulis

Membangun Puisi dengan Corak Lama

Diperbarui: 20 Mei 2016   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski kurang puitis, judul puisi karya Saudara kita Filomena C.Soares, namun cukup menyentuh sukma pembaca. Judul singkat tetapi mewakili isi puisi. Judul yang demikian, menurut Drs.Mursal Esten kritikus sastra mutakhir, adalah sebuah lubang kunci untuk menengok keseluruhan makna puisi. Melalui lubang kunci itulah, akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi “Berpisah”, dan Oh Timor Leste” mau mengatakan kepada penikmat/pembaca tentang betapa sedihnya peristiwa perpisahan dan pahitnya penderitaan manakala terjadi suatu kekacauan dalam sebuah wilayah (baca : Timor Leste).

Memilah dan memilih tema tersebut menunjukkan kepekaan penyairnya terhadap sebuah masalah kehidupan khususnya masalah pengungsi (baca Tim-Tim)   Persoalannya, tinggal bagaimana  mengolah tema tersebut menjadi sebuah puisi  yang memenuhi kriteria  sebuah puisi yang baik. Nampaknya calon penyair kita ini belum cermat mengolah tema sehingga belum cukup  menggugah penikmat untuk larut di dalamnya.

Boleh jadi, karena Saudara Filomena membangun puisinya,  meski dengan menggunakan corak puisi lama (baca : pantun dan syair), namun kurang berhasil dalam menentukan mana sampiran mana pula isinya. Sebab yang perlu diperhatikan dalam  sebuah pantun adalah harus ada sampiran  dan ada juga isinya. Langkah-langkahnya bagaimana?  Carilah kata yang  berbunyi akhir sama untuk larik (baris ) pertama dengan larik ketiga, begitu juga untuk larik kedua dan keempat. Misalnya: Pertama, pasar dan pensil (sampiran) dan kedua, belajar dan berhasil (isi). Alternatif  kalimatnya menjadi: /Kalau Anda pergi ke pasar/Jangan lupa beli pensil// Kalau Anda rajin belajar/Pastilah kelak akan berhasil//.

Berikut penulisannya dalam larik yang biasa:

Kalau Anda pergi ke pasar,

Jangan lupa beli pensil.

Kalau Anda rajin belajar,

Pastilah kelak akan berhasil.

Selain itu, perlu diperhatikan unsur irama (ritme) dan unsur bunyi (rima). Biasanya, keduanya saling mendukung dalam memperindah puisi yang kita  ciptakan. Perhatikan pantun berikut ini: /Kuambil buluh sebatang/kupotong sama panjang// Kuraut dan kutimang dengan benang/Kujadikan layang-layang//.

Nah, mari kita nikmat puisi Filomena C. Santos berikut ini!

Berpisah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline