Lihat ke Halaman Asli

Usman D. Ganggang

Dosen dan penulis

Jingga Lestari, Novelis Muda dari Jeneponto (2)

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426855341393499307

Seorang sastrawan dalam menghasilkan karya, boleh jadi dari hasil penggelangan imajinasinya terhadap apa yang dimatinya dalam lingkungannya. Boleh hasil pengalaman sendiri, boleh juga dari hasil pengamatannya. Dan kali ini, penulis berusaha mengapresiasi karya dari dara manis asal Jeneponto-Sulawesi Selatan.

Mengenal seseorang, seperti keinginannya , sifatnya atau lain-lainya, boleh jadi dari hasil karyanya. Iya, meski tidak seratus persen. Begitulah kalau kita mau mengenal si dara manis dari Jeneponto (baca : Jingga Lestari).

Dari cerpennya yang pernah dikirim kepada penulis dan baru Februari lalu diterbitkan di Majalah Komunikasi antar-Mahasiswa & Pelajar Kesehatan Bima-NTB, dapat diketahui, jika novelis muda ini, cintanya pada ibunya, mendalam sekali. Boleh jadi, karena Sang Bunda, menyayangi anaknya, sekaligus seorang anak menyayangi bundanya (baca : si dara manis dari Jeneponto), sangat luar biasa. Salah satunya, pada judul "Mukena untuk Bunda".

Di sana kita saksikan bagaimana seorang bunda menyayangi anaknya, dan anaknya berbahagia sekali atas perhatian sang bunda."Masih pagi buta, aku lihat bundaa, bersiap berangkat kerja. Namun demikian, tak lupa bunda menyiapkan sarapan pagi untuk aku. Sebenarnya tak perlu repot-repot untuk membuat semua itu, karena aku pun bisa melakukannya sendiri. Tapi bunda selalu bilang, hanya itu yang bisa diberikan bunda padaku. Padahal aku tak berharap banyak. Hidup bersama bunda saja, merupakan kebahagian tersendiri buat hidupku", Inilah paragraf awal dari cerpen Lestari Jingga yang dimuat dalam Majalah Habussalam.

Perhatian sang ibu tidak hanya sampai di situ. Bagaimana seorang bunda memperhatikan pendidikan anaknya.Dan akhirnya sang anak, merasa kasihan pada sang bunda. Sebelum berangkat kerja, sang bunda menasihati anaknya. " Kamu harus belajar dan belajar!", pesan Sang Bunda.

1426855524792951895

Dari penggalan di atas, dapat diambil hikmahnya, (1) seorang ibu harus memperhatikan keperluan sang anak; (2) Selalulah memotivasi anak agar bisa belajar dengan baik; dan (3) seorang anak membantu usaha seorang ibu (lihat lanjutan cerpennya,..." Tanpa sepengetahuan bunda, aku menjual penganan kue milik ibu dari temanku di sekolah. Lumayan, sehari aku bisa digaji tiga ribu rupiah, uang itu aku tabung untuk keperluanku kelak dengan bunda...; dan (4) bertabung demi masa depan.***) Bersambung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline