PUISI -- Kadang-kadang, puncak dari perkawanan Adalah dimulainya perlawanan yang tenang, Seperti laut yang mendesak karang, Tak melunturkan, namun membentuk lengan.
Begitu pula sebaliknya, Saat lawanmu menjadi cermin jiwa, Menggali luka dalam kata, Namun mendalamkan makna setia.
Kita berjalan di garis tipis, Antara tangan yang terulur dan tinju terkepal, Antara angin yang mengusap lembut Dan badai yang menyapu, tanpa kenal.
Namun, hanya itu yang kita tahu, Bahwa pertemuan dan perpisahan itu
Bagaikan fajar dan senja yang bertautan, Tak terpisah, meski tampak berlawanan.
Kadang-kadang, sahabat adalah musuh, Dan musuh adalah sahabat yang tersembunyi, Dalam lingkaran yang tak pernah lurus, Kita menemukan arti, dalam segala yang tak pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H