Aku melangkah di atas tanah abu-abu, Mengenakan wajah yang bukan milikku, Senyum sinis, tawa dingin tanpa jiwa, Hanya untuk menapak dalam lingkaran mereka, Di mana kebaikan sering dianggap lemah.
Dalam kebohongan ini aku terikat, Bermain peran yang membuatku tercabik, Tangan yang dulu hangat memberi, kini terulur dingin, Menyambut dosa-dosa kecil yang mereka anggap biasa, Sembari jiwaku menangis di balik senyuman.
Berpura-pura jadi jahat, bukan karena mau, Tapi karena kebaikan sering diabaikan, Kebenaran tak diterima di meja perjamuan, Dan jika tak kutundukkan hatiku, aku akan sendirian, Tanpa teman, tanpa tempat berbagi resah.
Mereka tertawa, mengira aku sama, Tak tahu di dalam jiwa ini masih bergetar cahaya, Yang diam-diam kubiarkan hidup, meski terkekang, Sebuah harapan kecil bahwa suatu saat, Mereka akan tahu, siapa aku sebenarnya.
Namun, hingga hari itu tiba, Aku tetap menyusun wajah yang kelam, Menjadi orang jahat demi berkawan, Meski hatiku berbisik pelan, "Ini bukan dirimu, tak selamanya kau bisa bertahan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H