Mungkin memang sudah waktunya
berbagi bebanmu pada pundakku.
Sudah cukuplah waktumu, mengajariku berdiri,
meski kurasa belum lagi kokoh pijak pada tapakku.
Toh kini aku sudah menjadi laki-laki, berkatmu juga.
Ah....Tak perlu kuratapi
caramu melepas bebanmu yang nista itu.
Pergilah...
Telah kau pilih jalanmu menjadi pecundang,
harga yang tak pernah terlintas kan melekat padamu,
dalam mimpi terburukku sekali pun.