Lihat ke Halaman Asli

Jangan Malu dengan "Aib" Kita

Diperbarui: 20 Agustus 2016   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: pinterest.com

Ya, saya dulu pernah diperkosa.  Saya tidak salah. Saya korban.  Saya tidak malu. Kenapa harus malu dengan masa lalu saya?. Kenapa malu kalau orang-orang jadi tahu tentang hal ini?.   Pemenang Miss World tahun 1998 Linor Abargil aja nggak malu dia bercerita ke seluruh dunia kalau dia korban perkosaan. Oprah Winfrey aja dengan terang-terangan menceritakan kisah pelecehan seksual yang dialaminya waktu dia muda.  Selain Linor dan Oprah, masih banyak para pesohor lain yang dengan terbuka mengaku kalau mereka korban pelecehan dan atau perkosaan seperti  Teri Hatcher,  Ashley Judd,  Tyler Perry, Fiona Apple dan banyak lagi.  Mereka sengaja berbagi cerita menyedihkan itu kepada umum agar menjadi pelajaran bagi orang-orang di sekitarnya.  Untuk memberitahu korban lain di luar sana, kalau mereka tidak sendiri. 

Mereka bukan tidak move on dengan  membagikan cerita mereka berkali-kali di media, tapi mereka membuktikan kalau kita bisa berkarya, bisa bahagia, bisa hidup normal lagi setelah mengalami masa trauma tersebut.  Cerita-cerita itu menguatkan dan memberikan semangat pada korban lain agar tetap bertahan dalam menjalani kehidupan. Jangan bersedih, jangan terkungkung dan menjadi tiada hanya karena kecelakaan yang  tidak kita perbuat. 

Kalau sampai ada yang membuat olokan dan ejekan akan kecelakaan itu, itu karena mereka narrow minded, picik, otaknya tumpul. Orang waras, punya empati dan etika serta berpendidikan  tak akan menyerang orang lain dengan menggunakan pelecehan dan atau perkosaan yang menimpa orang tersebut di masa lalu.   Kecelakaan dan musibah seperti pelecehan dan perkosaan maupun musibah-musibah lainnya seperti kecurian, dibunuh, disiksa adalah hal-hal yang sering tidak kita harapkan tapi tetap terjadi karena takdir. Banyak takdir yang tak bisa ditawar seperti dari siapa kita terlahir, siapa yang mau kita lahirkan dsbnya. Jadi,  sangat tidak manusiawi ketika menggunakan musibah seseorang untuk menyerang seseorang.  Apalagi sok tahu dengan menuduh kalau musibah tersebut terjadi  karena korbannya yang meminta.  

Namun menjadi korban perkosaan di kita  sepertinya masih merupakan salah satu aib yang harus ditutup-tutupi, jangan dibuka karena akan mempermalukan diri sendiri. Karena mindsetnya masih banyak yang menyalahkan korban. Padahal secara logika saja, orang waras dan berakal budi benar itu tak akan menyentuh tubuh seseorang  yang bukan haknya. Yang haknya saja ada aturannya apalagi tubuh orang asing.  

Bukan korban perkosaan aja, tapi masih banyak takdir dan nasib yang dimiliki orang lain dikategorikan sebagai aib sehingga kesakralannya harus disembunyikan, jangan diumbar, seperti mempunyai anak difabel, menikah dengan pasangan difabel,  mengidap penyakit langka terutama AIDS atau Kusta dan sejenisnya. 

Padahal cerita-cerita seperti itu bagusnya dibagikan agar menjadi pelajaran bagi orang lain, siapa tahu bisa diambil hikmahnya oleh orang lain selain tentu saja menjadi pelajaran bagi diri sendiri dan anak-anak kita kelak sehingga hal serupa tidak terjadi lagi pada mereka.  Tak perlu malu untuk berbagi cerita yang menurut sebagian orang memalukan, yang menurut sebagian orang hal itu adalah aib.   Karena inilah kita, suka tidak suka, kita di dunia diciptakan berwarna. Suka dan duka bagai warna warna yang akan selalu mengiringi putaran roda dunia. 

Walaupun pada akhirnya terserah pada kita mau berbagi atau tidak dengan orang lain. No body can't manage your own life but you, begitu kata pepatah.  Tapi jangan pernah merasa rendah diri, jangan pernah malu, jangan pernah merasa kita yang bersalah ketika mereka tahu bahwa kita adalah korban perkosaan, korban musibah, penerima takdir yang  sudah tersurat dari sesuatu bernama Tuhan atau Alam atau apapun namanya.   Jangan tutup mulutmu karena orang lain memintamu untuk menutupnya. 

Ditulis berdasarkan pendapat pribadi dan informasi dari:

Linor's story

Famous Rape Victim's

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline