Kisah pengabdian dan pembelajaran yang menjadi keluarga kecil di Kampoeng Batara Desa Papring Kec. Kalipuro Kab. Banyuwangi...
Malam minggu, 21 April 2018 menjadi malam yang tidak pernah bisa dilupakan oleh ke 39 kartini dan anak-anak kampoeng batara. Pada malam inagurasi ini yang bertema "Kartini Membumi bersama Kampoeng Batara" adalah malam-malam penampilan dari 39 kartini, anak kampoeng batara, anak-anak TK Darussalam, Teater, Hadrah, Silat dan masih banyak tampilan-tampilan lainnya.
Dipertengahan acara ternyata hujan, sedangkan panggung outdoor tetapi hujan tidak menjadi kendala bagi kita semua malah sebaliknya. Dibalik kisah suksesnya acara, banyak sekali suka duka yang dirasakan sendiri oleh para 39 kartini.
Awalnya acara bakalan ditutup dan diganti esok hari, sedangkan para akrtini sudah susah payah menyiapkan semua penampilan hingga make up sudah siap. Kecewa? Iya pasti ada rasa kecewa, tetapi Allah berkata lain berkat hujan kita semua tahu bahwa suksesnya acara tidak hanya dilihat dari hasilnya tetapi proses yang akan membawa kita ke lingkup kedewasaan. Setiap pencapaian, butuh perjuangan, doa dan usaha untuk tercapainya kesuksesan.
Semakin malam, maka semakin meriah acara ini karena banyak sekali penampilan kolaborasi yang sebelumnya belum terencana tetapi berjalan dengan baik, seperti Hadrah, salah satu dari kartini ikut menyumbangkan lagu sholawatannya bersama para pemuda desa papring, pembawaannya pun cukup tenang dan semua penonton ikut dalam suasana. Dan ketika anak-anak kampoeng batara menari, tarian itu juga mengajak beberapa kartini untuk ikut dalam suasana gemerlap malam dengan alunan gendang.
Malam senin, 22 April 2018 menjadi malam yang begitu mengharukan untuk kita berbagi cerita dengan warga kampoeng batara, dimana malam itu adalah malam para 39 kartini ikut serta berpamitan untuk kembali pulang.
Sedih dan bahagia bisa menjadi bagian terkecil dalam keluarga kampoeng batara ini, berbagi cerita kesan-kesan selama kita berada di kampoeng batara dan masih banyak sekali, hingga kicauan malam tidak diperdulikan lagi, semakin malam semakin banyak tangisan air yang mengalir. Kita tidak rela meninggalkan kampoeng bata dan begitu juga para warga dan anak-anak kampoeng batara tida rela jika kami meninggalkan mereka.
Pengalaman yang sangat bernilai harganya.
Salam Rindu, Malang - 2 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H