Lihat ke Halaman Asli

Uswatul Fitriyah Osadi

Instagram @pesan.us

Salah Siapa, Anak Didik atau Guru?

Diperbarui: 8 Februari 2018   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moral semakin hari terjadi kemunduran, kini banyak remaja yang tak ada lagi memahami nilai dan moral dalam lingkup masyarakat, dan bahkan didunia pendidikan. Dengan adanya banyak sekali kasus penganiayaan hingga kasus akhir-akhir ini guru yang dianiaya oleh anak didiknya sendiri yang berujung maut di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang - Madura, Jawa Timur. (http://regional.kompas.com/read/2018/02/03/10041991/penganiayaan-guru-oleh-siswa-di-sampang-begini-kronologinya)

Salah siapa?

Mendidik anak sejak dini adalah hal yang sangat penting, pendidikan tidak hanya berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan oleh guru disekolah, akan tetapi pendidikan untuk anak juga mencakup pendidikan moral yang tidak bisa diajarkan dan diperoleh dari buku. Pendidikan moral merupakan salah pendidikan yang berhubungan dengan perilaku seseorang, baik itu perkataan ataupun perbuatan. Sejak Pendidikan Anak Usia Dini sudah ditanamkan pendidikan moral, tingkah laku untuk menunjang kehidupan sianak dimasa depan. Apalagi Kurikulum yang digunakan sekarang adalah rata-rata menerapkan Kurikulum 2013 yang lebih mengutaman moral atau tingkah laku anak mulai jenjang Pendidikan Anak hingga jenjang Pendidikan SMA/MA Bahkan banyak para ahli psikolog yang yang membagikan tahapan moral anak, seperti Jean Piaget, John Dewey dan Kolberg. Dari masing-masing tahap apalagi ahli memiliki perbedaan dan kesamaan (https://www.kompasiana.com/usfitriyah/moral-dan-agama-untuk-si-kecil_58ac20ea6223bd2b08561d36).

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk membentuk sikap moral dan perilaku berbudi luhur kepada anak-anak didik penerus bangsa. Saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Namun, moral remaja pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran tentang tingkah laku hidup atau ajaran agama. Pendidikan yang sudah memberikan contoh baik dan mengajarkan tetang nilai dan moral, kini telah seakan-akan hilang terabaikan. Jika remaja terus-terusan mengabaikan moral baik, akan banyak hal-negatif yang terjadi dilingkungkan remaja. Seperti halnya :

  • Berkurangnya sopan santun terhadap orang yang lebih tua,
  • Tidak mempunyai etika baik,
  • Para remaja semakin anarkis terhadap bangsanya sendiri,
  • Kurangnya rasa toleransi,
  • Kemunduran sikap rasa percaya diri, dan lain sebagainya.

Jika para remaja sudah melakukan kebiasaan buruk seperti itu maka mereka kini sudah tidak memiliki masa depan cerah lagi, karena mereka akan tidak lagi memiliki kepercayaan pada dirinya, dan mengakitkan frustasi atau depresi.

Pengajaran moral tidak hanya dapat dilakukan dilingkungan sekolah saja tetapi juga bisa dilakukan dengan keluarga misalnya, orangtua harus sudah memberikan contoh perilaku baik yang dilakukan dari sejak anak usia dini yang sesuai dengan kemampuan dan umurnya, karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Pada usia anak berumur 12 tahun, anak mulai bisa menyaring informasi dan mengerti mana moral atau perilaku yang harus ditiru dan mana yang tidak harus ditiru.  Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pengajaran moral pada anak dalam lingkup keluarga bukan hanya dengan cara memberitahu saja tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline