Lihat ke Halaman Asli

Uswatul Fitriyah Osadi

Instagram @pesan.us

Berpikir seperti Kura-kura

Diperbarui: 6 April 2017   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap harinya manusia akan berpikir apa yang akan dilakukan dan setelah melakukannya. Berpikir merupakan sesuatu yang melibatkan kerja otak serta mengembangan ide-ide kreatif dalam otaknya, berpikir juga memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir termuat banyak kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, membandingkan, membedakan, menghubungkan, menafsirkan, membuat analisis, menimbang, dan memutuskan.

Jadi, berpikir seperti kura-kura itu bagaimana?

Hewan kura-kura yang identik dengan tempurung atau rumahnya selalu dibawa kemana-mana. Dalam teknik kura-kura ini ada hubungan apa dengan pendekatan atau pembelajaran dalam anak-anak?

Teknik kura-kura dapat diterapakan pada anak untuk mengatasi frustasi dalam diri anak, teknik ini menggunaan persamaan atau menyamakan kehidupan dalam kura-kura. Kura-kura akan menarik tangan dan kaki tubuhnya kedalam tempurung jika mereka merasa terancam dan jika keadaan sudah kembali normal maka kura-kura akan mengeluarkan kepala tangan dan kaki untuk melihat keadaan sekitar. Dan jika si anak merasa dirinya frustasi maka anak akan kembali dalam rumah imajinasi untuk mencoba menyelesaikan masalahnya, anak akan merasa terancam dengan emosi yang sudah tidak terkontrol. Anak yang berusia 3 tahun perlu pengajaran teknik kura-kura dalam memecahkan masalah, setiap orang tua atau guru harus membimbing si anak dalam memecahkan masalahnya sehingga anak tidak merasa terbebani.

Teknik kura-kura ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

  • Merespon isyarat kata “kura-kura” dengan menarik lengan, kaki, dan kepala dekat tubuhnya.
  • Menggabungkan respon ini dengan relaksasi.
  • Menggunakan pemecahan masalah anak dengan teknik berpikir konsekuensi dari perilaku mereka yang mungkin digunakan untuk mengatasi situasi sulit.

Langkah-langkah diatas dapat dipahami seperti, jika si anak sekolah dan bermasalah tidak bisa mewarnai dengan baik maka ajak si anak kedalam rumah imajinasinya, anak akan mencari tahu atau berpikir apa yang salah dalam dirinya jika mewarnai, setelah si anak menemukan solusinya maka anak mulai mendapatkan banyak ide-ide cemerlang untuk membantunya menyelesaikan persoalan mewarnai. Sebagai orangtua tanyakan ide apa yang didapatkannya dalam rumah imajinasi tersebut, jika ide tersebuat baik maka berilah waktu untuk si anak mencoba kerjakan kegiatan yang sesuai dengan ide si anak.

Manfaat dalam teknik ini, anak akan menjadi berproses menuju kedewasaan atau kemandirian dalam memecahkan masalahnya sendiri, anak juga tidak ketergantuangan terhadap orangtua. Sosial emosional si anak mudah terkontrol dengan berpikirnya diri si anak sendiri, dan dengan teknik ini anak juga akan berpikir tentang moral dan nilai yang dijadikan pedoman dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline