Sehubungan sekretariat PC. PMII Kab. Tasikmalaya pada periode kepengurusan saya berada di Nagarawangi sebagai bagian wilayah pusat kota Tasik, letaknya tidak jauh dengan pusat dakwah Jemaat Ahmadiyah (JA) dan beberapa gereja. Bahkan tak jarang saya silaturahim ke kediaman tokoh JA di sana.
Kondisi itu saya utarakan saat Aa Uman berkunjung ke sekretariat. Bahkan saat itu beliau cerita tentang tokoh preman angkutan kota di kota Tasik (saya lupa namanya) yang merupakan anak buahnya saat bersama-sama berkelana di Tanjung Priok Jakarta.
Tidak hanya itu, melalui beliau saya dikenalkan kepada Pak Cahya Wandawa (Cahyo) sebagai salah satu tokoh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), lalu melaui pak Cahyo saya dikenalkan ke beberapa pendeta, pendeta Andi salah satunya. Walhasil, setiap bulan pasti saya menyempatkan silaturahim ke kediaman mereka.
Ada satu hal yang berkesan dari Aa Uman dalam periode kepengurusan saya, beliau mengamanatkan supaya PMII lebih dikenal dan dekat dengan masyarakat. Atas dasar itu, kami menjadi tuan rumah Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Se-Jabar dan Banten yang bertempat di kampung Pasanggrahan Rajapolah Kab. Tasikmalaya.
Kala itu saya ingin menciptakan metode yang berbeda dengan PKD-PKD sebelumnya, di mana rumah-rumah penduduk di sana menjadi tempat penginapan semua peserta. Melalui tiga hari kegiatan di sana, paling tidak melahirkan kesan yang berbeda antara peserta dan warga sekitar.
Tidak hanya itu, ada satu sesi di mana peserta diwajibkan melakukan live in (semi penelitian) di mana penduduk di sana menjadi objeknya. Orientasinya adalah supaya kader PMII senantiasa mengasah "kepekaan" sosial, tidak melulu berhenti dilevel wacana. Lebih dari itu mereka bisa menjadi problem solver atas relaitas yang dialami masyarakat.
Meskipun kami tidak saling mengenal dengan penduduk di sana, atas jasa Pak H. Endang Hidayat (mantan ketum PMII Tasikmalaya, mantan wakil Bupati Tasikmalaya) kami bisa berbaur dengan tokoh masyarakat, anak-anak muda dan warga disana meskipun hanya tiga hari.
Praktek kedua atas amanat Aa Uman supaya PMII lebih dikenal oleh masyarakat, kami mulai melakukan silaturahim dengan media lokal yang sedang merintis bisnisnya di Tasikmalaya. Radar Tasikmalaya dan Kabar Priangan menjadi mitra kami dalam menjalankan program pelatihan jurnalistik.
Hasil dari pelatihan selama tiga hari itu kader-kader PMII kemudian diberikan keleluasaan mengirimkan tulisan untuk dimuat media itu. Walhasil, mulai saat itu tidak jarang tulisan kader PMII mengisi kolom opini koran lokal itu.
Keluwesan komunikasi dan pergaulan dengan berbagai kalangan yang diajarkan Aa Uman saya coba terapkan saat itu. Masih belum hilang dalam ingatan ini kata-kata beliau: "Jurig oge lamun kongang mah wawuhan" (hantu juga bila memungkinkan, pergauli). Tak heran bila saat itu kami bisa leluasa berkomunikasi dengan Bupati, Birokrat, Anggota DPRD, tokoh lintas agama, preman, pengusahan dan lainnya. Semuanya atas wasilah Aa Uman.
Hal Gerakan