Tidak mudah bagi orang seperti penulis atau bahkan pembaca budiman yang senantiasa beraktifitas kerja mencari nafkah keluarga tidak dirumah untuk kemudian harus beradaptasi mengalihkan semua rutinitasnya dirumah, apalagi dalam waktu berminggu-minggu. Tak heran bila agenda kerja yang sudah direncanakan semua dibatalkan.
Meskipun demikian, penulis yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah bentuk kepatuhan terhadap instruksi pemerintah dan pimpinan ditempat kerja kita terkait menjaga jarak dengan sesama (sosial distancing) sebagai wujud pengabdian membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang disebabkan oleh Novel Coronavirus yang akhir-akhir ini mewabah di seantero dunia.
Ditemukannya dua kasus Orang Dalam Pantauan (ODP) tak jauh dari lingkungan tempat tinggal penulis bahkan masih satu RW, membuat kewaspadaan dan kehati-hatian terus ditingkatkan. Berinteraksi yang melibatkan banyak orang bahkan kerumunan betul-betul dikurangi.
Tidak hanya itu, himbauan pemerintah terkait menghentikan sementara kegiatan sholat Jum'at dan ibadah lainnya di mesjid pun penulis taati. Karena penulis hakulyakin apa yang menjadi keputusan pemerintah berdasarkan masukan dan pandangan para kiai yang mengedepankan kemaslahatan bagi publik.
Penulis kira, segala upaya pemerintah dalam "perangi" wabah Covid-19 harus senantiasa didukung dan dilaksanakan. Bukan tanpa alasan tentunya, bila tidak dicegah wabah ini tidak hanya berdampak terhadap kesehatan masyarakat, tetapi pula berdampak terhadap sosial, politik, bahkan perekonomian masyarakat.
Dalam konteks sosial, suka tidak suka wabah Covid-19 ini membuat kita dihantui oleh rasa saling curiga antara sesama tetangga, teman sejawat, dan kolega. Kita menjadi curiga jangan-jangan teman kita membawa virus Covid-19, atau bahkan sebaliknya teman menaruh curiga jangan-jangan kita yang malah terkena virus itu. Walhasil, terjadi perenggangan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Bila tidak segera direspon cepat, wabah Covid-19 yang memunculkan kepanikan masyarakat yang terganggu sumber pundi kehidupannya akan sangat mudah disulut emosinya sehingga stabilitas politik negeri ini bisa goyah. Keputusan pemerintah membentuk Satgas Covid-19 adalah langkah tepat mengantisipasi "chaos" informasi yang berseliweran di media sosial yang menambah kepanikan publik, meski terkesan lambat.
Tindakan tegas pemerintah terhadap penyebar hoax virus Covid-19, pelaku panic buying, penimbun alat kesehatan, penimbun kebutuhan pangan dan lainnya paling tidak berhasil menurunkan tensi kepanikan masyarakat sehingga secara politik pemerintah didukung oleh DPR bisa fokus mengambil kebijakan-kebijakan strategis ditengah mewabahnya Covid-19 yang membuat situasi tidak menentu.
Selanjutnya, sepinya warung tetangga dari pembeli, menurunnya pendapatan pelaku usaha kecil disekitar tempat tinggal penulis, pedagang memilih tutup warungnya bahkan pulang kampung menjadi indikator mikro bahwa wabah Covid-19 berdampak buruk terhadap perekonomian masyarakat.
Ikhtiar Langit
Sebagai partai yang dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) senatiasa praktekkan amalan-amalan yang menjadi amaliyah warga NU, seperti: mujahadah, wetonan, muludan, rajaban, tahlilan, sholawatan dan lainnya.