Lihat ke Halaman Asli

Usep Saeful Kamal

Mengalir seperti air

Me-Lebah-kan PKB Ala Gus Muhaimin

Diperbarui: 18 Agustus 2019   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: galleryofsocial.com

Tentang lebah, penulis memiliki pengalaman pahit terkena sengatannya dibagian kepala dan bibir saat usia SMP di kampung. Walhasil, bibir menjadi jontor dan kepala dibagian ubun-ubun pun bengkak, lebih dari itu terasa nyut-nyutan ditambah suhu badan yang mendadak kena demam tinggi, sepanjang malam itu pun tak bisa tidur lelap.

Kala itu, sedang musim-musimnya permainan ketapel, penulis pun tak mau ketinggalan membuatnya dengan sederhana dari cabang pohon jambu klutuk, potongan karet ban dalam bekas sepeda dan sedikit potongan kulit bekas untuk menyimpan pelurunya.

Suatu hari, penulis dan tiga orang sahabat menyambangi kawasan perkebunan teh di Pangalengan Kab. Bandung yang tak jauh dari rumah, rencananya sih hendak berburu ayam hutan. Sepanjang perjalanan kami pun menghimpun batu kerikil kecil untuk peluru ketapel.

Ditengah perjalanan kami mendapati sebuah pohon yang cukup besar dimana dalam dua dahannya terdapat sarang lebah madu nampak jelas terlihat. Karena daya tariknya tinggi, penulis memutuskan mengarahkan peluru ketapel pada sarang lebah madu itu. Padahal sebelumnya rencana kami berburu ayam hutan.

Tiga orang sahabat penulis berperan menangkap jatuhnya sarang madu dengan menggunakan hamparan karung bekas. Sementara penulis sebagai pemilik ketapel bertugas "menembak" batu ke arah sarang lebah madu tadi.

Usai tembakan ketiga, tanpa sadar kepala dan wajah penulis telah dikerubuti kawanan lebah dan menghujamkan sengatnya pada bagian kepala dan bibir. Anehnya, tiga sahabat penulis malah aman-aman saja, nyaris tidak diserang kawanan lebah itu.

Atas insiden itu, akhirnya rencana kami berburu ayam hutan batal dengan sendirinya dan madu yang kami incar urung didapat. Kepanikan kami saat itu membuat semua rencana gagal dan ketapel pun entah dimana rimbanya.

Dalam kondisi bibir jontor dan kepala bengkak disertai senat senut penulis tak habis pikir, mengapa tiga sahabat yang turut serta malah tidak terkena sengatan sama sekali. Malah mereka tertawa terbahak-bahak atas apa yang penulis alami.

Sejak saat itu, penulis "tobat" tidak lagi mau mengganggu sarang lebah madu sampai saat ini, bahkan merasa trauma bila mendapati sarang lebah dimana pun. Meskipun demikian, terhadap madunya malah tak jarang menjadi resep pengobatan di rumah.

Hingga kini, serangan kawanan lebah itu tidak bisa penulis lupakan. Bagaimana mereka dengan perannya satu sama lain "melumpuhkan" penulis yang dianggap sebagai pengganggu bahkan musuhnya yang telah mengusik ketenangan kehidupannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline