Lihat ke Halaman Asli

Tanjung Ringgit, Mutiara Lombok Timur

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah ungkapan menarik. Semakin sulit perjalanan yang ditempuh ke sebuah destinasi, semakin indah juga pemandangan yang didapati. Ungkapan ini tampaknya  mewakili perjalanan kami berlima, saya dan empat teman dari Solo, ke Tanjung Ringgit, Lombok Timur, awal Maret ini. Tempat ini memang bukan destinasi utama para wisatawan yang datang ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nama Tanjung Ringgit jauh tenggelam di bawah bayang-bayang ikon wisata Lombok, seperti Gili Trawangan, Pantai Senggigi maupun Pantai Kuta (ini bukan Kuta yang di Bali lho). Warga setempat sebagian besar juga kurang mengenal tempat ini. Pernah saya bercerita kepada seorang warga lokal di Gili Trawangan tentang rencana kami ke Tanjung Ringgit. Eh ternyata dia malah tak tahu menahu dimana letak tempatnya... Jujur saya mengenal Tanjung Ringgit belum lama juga. Teman lah yang merekomendasikan tempat ini. Kebetulan teman saya ini memang punya bisnis menawarkan paket-paket wisata di Lombok (situsnya di rinjanimagazine.com). Dia promosi tentang betapa indahnya tempat tersebut. Pokoknya Gili Trawangan dan Senggigi lewat katanya. Jelas saya pun menjadi penasaran setengah mati...hehehehe [caption id="attachment_299" align="aligncenter" width="562" caption="Ini dia Tanjung Ringgit yang menawan itu...."] [/caption] Pada hari kelima perjalanan kami ke Lombok (setelah menyambangi Senggigi, Gili Trawangan, Malimbu, Sembalun dan air terjun Benang Sorkel), akhirnya kami meluncur ke Tanjung Ringgit. Atas saran teman saya tadi, kami berangkat dengan menyewa mobil. Selain kami berlima, kami juga ditemani seorang guide dan sopir. Sebenarnya salah seorang dari kami sendiri yang berniat  menyetir. Namun niat tersebut dibatalkan karena medan ke sana cukup sulit, terutama bagi orang asing seperti kami. Perjalanan dari Mataram ke Tanjung Ringgit memakan waktu sekitar 2,5 jam. Tapi waktu itu saya start dari Praya, Lombok Tengah, tempat kami menginap selama tiga hari. Awalnya perjalanan mulus-mulus saja. Kenyamanan perlahan hilang ketika makin mendekati Tanjung Ringgit. Setelah sekitar satu jam perjalanan dari Praya, jalanan mulai bergelombang. Memang diaspal, tapi sudah rusak parah. Alhasil kami seperti terkocok-kocok di dalam mobil. Sebelum berangkat teman saya berpesan bahwa perjalanan ke sana bakal seperti offroad. Yang punya penyakit mabuk darat, silahkan tidur saja atau minum obat anti mabuk sebelum berangkat. :) Jangan khawatir, segala kelelahan, perut mual, kepala pusing bakal hilang setelah sampai di sana. Kita bakal mendapatkan bayaran sepadan. Keindahan yang sejenak bisa membuat kita lupa bernapas.hehehe.  Saya yang gak demen-demen amat ma pantai pun juga terkesima. Seorang teman saya mengatakan ingin menangis saking takjubnya dengan keindahan yang terpampang di depan matanya. Ya, Tanjung Ringgit ini bagaikan mutiara terpendam. Anda tahu kan, mutiara adalah produk andalan yang banyak dihasilkan di pulau itu. Saking takjubnya, kami sepakat menyebut Tanjung Ringgit sebagai pantai juara satu di Lombok. Setelah sampai di sana, dijamin anda akan langsung melupakan Senggigi dan Gili Trawangan yang tersohor itu. Mau tahu seperti apa keindahan Tanjung Ringgit itu? Yang jelas kami disuguhi air laut yang berwarna-warni, dengan gradasi indah. Ada biru pekat, tosca ataupun biru agak muda.  Di sekelilingnya ada tebing-tebing batu kokoh yang memanjakan mata. Seorang teman bilang nyaris percaya bisa menemukan tempat seelok itu di Lombok Timur. Benar-benar membuat speechless. Yang menarik, tempat ini masih sangat sepi, nyaris seperti panta pribadi. Daripada bercerita sampai berbusa-busa, mending saya bagi foto-fotonya di bawah ini. [caption id="attachment_300" align="alignright" width="300" caption="Masih Tanjung Ringgit, NTB"]

[/caption] [caption id="attachment_301" align="alignnone" width="300" caption="Tanjung Ringgit, NTB"]

[/caption] [caption id="attachment_303" align="alignnone" width="150" caption="Narsis"]

[/caption] [caption id="attachment_304" align="alignright" width="112" caption="Indah"]

[/caption] [caption id="attachment_305" align="alignleft" width="150" caption="Diantara tebing"]

[/caption] Keindahan Tanjung Ringit biasanya hanya dinikmati dari perbukitan di atasnya. Untuk menyentuh air-air berwarna menarik di bawah cukup sulit. Ada penghalang berupa tebing-tebing yang cukup curam. Tapi dasar kurang kerjaan, kami berlima nekat turun ke bawah. Guide yang mengantar kami cuma bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kenekatan itu. Katanya sangat jarang tamu-tamunya mau turun sampai bawah. Tapi nafsu menyentuh dan merasakan keindahan secara nyata, membuat kami melupakan risiko fatal, seperti terjatuh misalnya. Perjalanan naik turun tebing itu ternyata berat dan sangat memicu adrenalin. Pokoknya bikin kami ngos-ngoson plus deg-degan. Kalau sampai terpeleset, ya wassalam...hehe Pantai-pantai di sekitar Tanjung Ringgit juga tak kalah indah. Salah satu yang ternaik adalah Pantai Tangsi. Seperti apa keindahannya bisa Anda saksikan melalui foto-foto yang saya bagikan di bawah ini. [caption id="attachment_306" align="aligncenter" width="468" caption="Pantai Tangsi yang berpasir putih"]

[/caption]

[caption id="attachment_309" align="alignleft" width="150" caption="Bintang laut"]

[/caption] [caption id="attachment_310" align="alignleft" width="150" caption="Makan di bukit"]

[/caption]

Pantai ini bisa jadi start bagi yang gemar bersnorkling. Untuk itu, kami harus sabar mencegat kapal nelayan. Tentunya kapal motor dong, bukan yang didayung. Ada dua spot snorkling di tempat ini. Untuk sewa kapal ini, kami cukup merogoh kocek sebesar Rp 50.000. Tiga orang teman saya yang sudah pernah bersnorkling ria di Karimun Jawa mengakui pemandangan bawah laut di sini jauh, jauh lebih indah. Saya sendiri tidak bisa memberikan perbandingan. Alasannya, saya tidak bisa berenang dan dulu waktu ke Karimun Jawa tidak ikut bersnorkling...hehehehe. Meski begitu, saya bisa bilang pemandangan bawah laut di sini benar-benar luar biasa. Padahal saya hanya berenang-renang sambil berpegangan di kapal lho.... Ada hal mengganjal di hati pada kunjungan ke Tanjung Ringgit itu. Bagaimana bisa tempat yang begitu indah kesannya malah terabaikan. Akses jalan ke sana jauh dari mengesankan. Bisa dimaklumi jika akhirnya jarang wisatawan yang tertarik pergi ke sana. Sudah jauh, eh jalannya juga jelek. Belum lagi minimnya sarana penunjang pariwisata, seperti penginapan atau tempat makan. Kalau mau ke sana, harus membawa bekal dulu dari rumah. Risiko datang tanpa bekal adalah kelaparan, karena di sekitar sana jangan harap menemukan penjual makanan atau minuman. Saya hanya membayangkan turis pastinya bakal dengan senang hati berdatangan ke sana jika aksesnya mudah. Lagipula promosi tentang Tanjung Ringgit sangat minim. Hampir semua kenalan saya di Lombok belum pernah menyambangi tempat itu. Bagaimana nih Pemprov NTB???? Masak mutiara seperti itu dicuekin sih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline