Baru-baru ini isu sawit sedang marak dibahas di dunia internasional, khususnya Eropa dan Amerika. Tepat setahun yang lalu di bulan April 2017, Uni Eropa sepakat membuat Resolusi "Anti Sawit" untuk membatasi impor bahan baku CPO atau turunan produk kelapa sawit dari negara-negara penghasil sawit dunia.
Resolusi "anti sawit" tersebut berbentuk standarisasi produk sawit yang diterima oleh Eropa (yang sangat ketat) dan pelarangan penggunaan biodiesel dari minyak sawit. Lagi-lagi isu yang diangkat adalah maraknya isu deforestasi yang ditimbulkan oleh penanaman kelapa sawit, merusak paru-paru dunia dan menghilangkan habitat hewan-hewan tropis yang endemik dan langka.
Apabila kita tidak kritis dalam menghadapai isu tersebut, maka kita akan termakan oleh penolakan sawit tersebut dan merelakan anggaran pemasukan negara sebesar 231,4 triliun hasil dari ekspor dan tenaga kerja 5,6 juta orang(1).
Sebelum kita menjustifikasi ekstrem kanan maupun kiri dari keberadaan sawit ini, mari kita sama-sama melihat secara objektif poin-poin penting dalam keberlangsungan industri berbasis kelapa sawit tersebut.
1. Pohon Hilirisasi Produk Sawit yang bernilai tinggi dan tinggi permintaan
Pohon hilirisasi sawit menjawab kebutuhan yang semakin tinggi akan produk-produk oleokimia dari miyak kelapa sawit. Hal ini saya ketahui dari pembelajaran mata kuliah minyak dan lemak yang didapatkan di jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung. Minyak kelapa sawit dibagi menjadi 2 jenis secara garis besar yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit (CPO dan CPKO).
Minyak nabati tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan-bahan yang berguna, seperti biofuel, pelumas, minyak konsumsi, kosmetik, substituen coklat, pembersih, emulsifier, hingga surfaktan. Istilah industri mengkategorikan produk-produk tersebut pada pohon industri. Pada pohon tersebut, tergambar bahwa minyak sawit ini sangat dibutuhkan karena meliputi kebutuhan pangan yang akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maupun dunia.[2]
Teknik Kimia ITB sendiri menerima dana dari BPDP kelapa sawit untuk melakukan penelitian terkait macam-macam produk yang bisa dihilirisasi dari kelapa sawit itu sendiri. Ada produk sabun logam Ca dari minyak sawit yang terbukti dapat meningkatkan produksi susu sapi perah.
Saya sendiri melakukan penelitian terkait hidrokarbon terbarukan dari Palm Fatty Acid Distilateyang selama ini terbuang atau dihilirisasi dengan nilai yang rendah. Penelitian tersebut melingkupi keseluruhan hasil dari pohon kelapa sawit yang dapat diutilisasi untuk meningkatkan manfaat dan keuntungan dari hadirnya kelapa sawit itu sendiri.
2. Kelapa Sawit dengan Produktivitas Minyak yang Lebih Tinggi dibandingkan Tumbuhan-Tumbuhan Lain
Inilah yang disinyalir menjadi dorongan kuat hadirnya resolusi-resolusi anti perkebunan sawit. Sayangnya, Eropa dan Amerika yang memproteksi atas kehadiran sawit, tidak mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih produktif dibandingkan sawit yang dimiliki negara-negara tropis. Data produksi minyak nabati dunia menunjukkan 58% luas area perkebunan dunia (110 juta ha) digunakan untuk kedelai dan berkontribusi dalam menghasilkan 31% minyak nabati dunia (47 juta ton).