Lihat ke Halaman Asli

Isaac Newton (Bukan) Penemu Pertama Teori Gravitasi?

Diperbarui: 18 Februari 2020   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada abad ke-17 M ada seorang pemuda asal inggris yang kuliah di Universitas Cambridge. Pemuda tersebut suatu ketika berada di taman dan beristirahat pada sebuah pohon apel, pada saat itulah sebuah apel jatuh tepat mengenai kepala pemuda tersebut. 

Pasca kejadian tersebut, ia pun berfikir bagaimana mungkin apel yang berada di atas bisa jatuh kebawah, bagaimana sesuatu yang berada di atas bisa terjatuh ke tanah. Kemudian, pemuda tersebut melakukan berbagai percobaan yang kemudian melahirkan suatu teori yang sampai saat ini kita kenal dengan teori gravitasi. Pemuda tersebut adalah Isaac Newton.

Tahukah anda, bahwa ratusan tahun sebelum Isaac Newton menemukan teori gravitasi telah ada ilmuan muslim yang mengemukakan teori tersebut. Abu Raihan Al-biruni (973-1048 M), ilmuan muslim dari Khawarizm (sekarang Uzbekistan) adalah orang pertama yang menemukan teori gravitasi.

Al-biruni yang hidup antar abad ke-10 dan 11 M telah mengemukakan hukum gravitasi sebagaimana yang dia tuliskan dalam bukunya peraturan mas'udi ( ) dan astrolabe tentang adanya gaya tarik gravitasi.

Albiruni sangat memahami pengaruh gaya gravitasi ratusan tahun sebelum Isaac Newton menemukan hal tersebut. Al-biruni menyatakan bahwa seluruh benda ditarik oleh gravitasi yang berasal dari pusat mayapada. Ia tidak sepakat dengan fisika yunani yang menyatakan bahwa hanya benda-benda tertentu saja yang jatuh ke mayapada.

Untuk membuktikan pernyataannya tersebut, Al-biruni merancang serangkaian percobaan seraya mengembangkan metode dan peralatan yang memadai. Dari penelitiannya, Al-biruni menyimpulkan bahwa:

  1. seluruh benda memiliki specific gravity (gravitasi khusus, berat jenis) yang berhubungan dengan tarikan pusat mayapada;
  2. setiap benda memiliki berat jenis yang berbeda;
  3. benda yang lebih berat bergerak jatuh lebih cepat daripada benda yang lebih ringan.

Tidak hanya ahli dalam bidang fisika saja, ternyata Al-biruni juga seoarang matematikawan, sejarawan, astronom, sarjana, filusuf, pengembara, ahli geografi, ahli farmasi, penulis ensiklopedia, dan guru. Oleh karena itu, tidak heran apabila ia dijuluki sebagai al-ustadz fil ulum (guru segala ilmu). Tidak sampai disitu, Al-biruni juga menguasai beberapa bahasa diantaranya bahasa persia (bahasa ibunya), bahasa arab, bahasa yunani, bahasa suriah, bahasa berber, dan bahasa sansekerta.

Sepanjang hidupnya, Al-biruni telah mengarang lebih dari 180 buah buku karya ilmiyah yang mencapai lebih dari 130.000 halaman (tidak termasuk yang hilang), jauh melampaui karya tulis galileo dan newton, bahkan kombinasi galileo dan newton tidak mampu menyamai seorang albiruni. Sedari muda, albiruni telah memulai karya-karyanya, diantaranya ialah:

  1. Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.
  2. Ketika berusia 22 tahun, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
  3. Ketika berusia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh dia (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
  4. Dia membuat penelitian mengenai jari-jari Bumi senilai 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16). kemudian, dengan data-data yang dimiliki albiruni menghitung keliling bumi dengan rumus keliling lingkaran. Maka hasilnya adalah 40.075 km. Sementara penghitungan modern keliling bumi adalah 40.075,071 km. Artinya penghitungan Al-Biruni hanya meleset 1 persen dari penghitungan modern. Sebuah perhitungan yang sangat mengagumkan mengingat albiruni melakukannya pada abad ke-11, era dimana ilmu pengetahuan dan teknologi  belum berkembang secanggih periode ini.

Albiruni juga memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam dunia matematika, diantaranya adalah Aritmetika teoretis and praktis, penjumlahan seri, Analisis kombinatorial, kaidah angka 3, Bilangan irasional, teori perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri, teorema arcimedes, sudut segitiga

The Unesco Courier pernah menerbitkan jurnal khusus mengenai Al-biruni dengan judul  A Universal Genius in Central Asia a Thousand Years Ago: Al-Biruni, dan menjulukinya "The Extraordinary Genius of Universal Scholar" yang melampaui batas-batas zamannya. "Sebagai astronom, matematikawan, fisikawan, ahli geografi, sejarawan, linguis, etnologis, ahli farmasi, penyair, novelis dan filsuf, Al-Biruni punya kontribusi unik bagi sains ... Sumbangannya setara, atau malah melampaui, Ibnu Sina," demikian pengantar edisi jurnal tersebut. kecerdasan albiruni juga pernah diungkapkan oleh BBC Four "Science and Islam: The Empire of Reason" pada 2010.

Karya-karya ilmiah, deskripsi, dan analisa al-biruni diakui oleh para sarjana sangat objektif, akurat dan komprehensif. Beberapa karyanya seperti Tarikh alhind masih dipelajari sampai abad ke-20 dan telah diterjemahkan keberbagi bahasa. Maka, sungguh ironis jikalau kita sebagai umat muslim tidak meneladani apalagi sampai tidak mengenal sosok al-biruni dan begitu juga tokoh-tokoh ilmuan muslim lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline