Lihat ke Halaman Asli

Devy Arysandi

Remahan Rakyat

Bulan Tersenyum Malu

Diperbarui: 23 November 2024   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2002

Hujan dan rindu pernah menjadi satu pada perpaduan bulan kelabu di akhir menuju awal tahun. Ditemani seberkas cahaya yang mengintip dari balik keheningan malam yang tak pernah memberikan ruang untuk bersua dengan semesta. Semilir angin juga berembus silih berganti dari balik dedaunan yang kedinginan selepas hujan semalam. Rupanya rerumputan di luar sana juga terdiam dan berbisik pada sesama, bahwa rindu tidak pernah berlabuh pada dermaga yang semestinya. Melainkan, berbalik arah dan kembali bersandar pada titik pertemuan dengan sang pemilik rindu... 

Seperti yang kita ketahui akhir dan awal tahun adalah dua hal yang saling berkaitan pada waktu yang berbeda. Mereka sama-sama memiliki satu cerita yang mungkin enggan untuk saling berbagi. Sebab, cerita pada akhir tidak akan dan tidak pernah sama dengan awal, sebagaimana seorang manusia yang bercerita pada Tuhannya tentang takdir dan kehidupan yang telah dan akan dilalui.

"Jika Tuhan pernah membawaku sampai pada pelataran takdir yang tidak pernah kuduga, apakah pantas aku bertanya pada Tuhan, skenario seperti apa yang telah dituliskan untuk aku sebagai pemeran utamanya?"

Bulanpun tersenyum malu melihat kebodohanku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline