Lihat ke Halaman Asli

Ismail Marzuki

Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Hiruk-Pikuk Penumpang Kapal

Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Docpri

Hiruk-pikuk pelabuhan, kapal memutar mesin mengangkut penumpang. Wajah-wajah berjajar menawar makan dan menawar segalanya. Yang menawar tersenyum, yang ditawar memayun. Penumpang-penumpang melangkah, sambil memeluk tas dan mengangkat kertas-kertas. Mana kursiku?, ini punyaku!, suara memekik saling menatap.

Duduk berjejer, memangku, menaruh barang-barang berharga.  Menghiraukan manusia-manusia, lalu enggan saling menyapa.

Setiap tangan memegang media, menatap, senyum menggila. Entah berantah manusia lupa, sosial menjadi termedia.  Dekat tak berbicara, jauh saling mengaca, lalu ramai seperti gila

Lorong-lorong mulai legang, mesin mulai dikencangkan. Suara manusia mulai hilang. Namun, bertambah hiruk-pikuk.

Media-media mulai bising mengalahkan mesin, diputarkan, hilangkan rasa, dan terlena. Peduli atau tidak bukan pilihan lagi.

Mata melihat, hati merasa, adab menghilang, dunia tidak luas lagi, sosial telah dipindahkan, sapa-sapa mulai jarang, menyisa kepentingan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline