Lihat ke Halaman Asli

Ismail Marzuki

Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Cinta dalam Gelas

Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamu adalah gelas indah itu, yang telah menyita bola mataku, lalu mengirim wajah bersama senyum-mu sampai dalam hatiku hingga tak tahan aku mengutarakan cinta padamu waktu itu.

Setelah kau bertambah nyaman dengan air putih cinta yang kubiarkan berhari-hari, wajahmu berubah, senyummu juga, hingga kopi pahit dalam gelas kita tertuang dan terpaksa kita teguk bersama. Sedikit demi sedikit kita tambahkan gula untuk kita bisa nikmati dan biasakan bersama. Meski kadang terlempar pada sakit yang tak terdustakan.

Setelah beberapa bulan kita jalani, akhirnya kita lebih memilih air Teh untuk kita minum berdua meski warnanya pudar tak jelas antara putih dan hitam. Seperti katamu "urusan ditengah-tengah adalah terbaik" hingga akhirnya kau bosan dengan ketidakpastian putih dan hitam cinta itu.

Katamu di ujung tahun cinta yang pincang "Aku ingin minum Susu!" itu-pun kutuangkan yang kugurukan dari seorang ahli cinta tersohor sejak kita minum Kopi pahit tahun lalu, sampai kau juga yang mengakui rasamu kegemukan dan membosankan begitu-gitu saja dan datar.

Pada hari yang membosankan itu, aku bertekad menambahkan hitam menjadikan air Coklat, siapa tahu itu yang paling nyaman dalam pelabuhan cinta yang masih bimbang menemukan jalanya menemukan buku nikah. Hingga kau juga yang mengatakan ini sungguh membosankan, padahal kau sendiri yang mengatakan "Coklat akan menambahkan rasa cinta"

Kemudian akalku habis, namun cintaku semakin tinggi. Hingga kuputuskan menuangkan air Bir dalam gelas cinta yang kuhormati sejak dulu, hingga kau terjerumus dalam mabuk cinta dan menodai indah wajah dan senyum-mu yang mengalir dari bola mataku hari ini.

Kekasihku, haruskah kutungkan warna merah dari darahku untuk kau teguk setiap saat agar kau percaya tentang hatiku yang tulus?

Papua, 26 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline