Lihat ke Halaman Asli

Ismail Marzuki

Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Puisi sebagai Wujud Perasaan yang Nyata

Diperbarui: 2 September 2016   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi menjadi wadah yang sangat puitis untuk mengungkapkan rasa. Mengungkap rasa perlu kepercayaan diri yang tinggi. Tanpa PD itu, tentu tidak mungkin kita melakukan sebuah tindakan kecil. Apalagi tindakan besar. ya kan?  Semakin besar rasa PD yang kita taruh di benak kita, maka semakin besar karya (hasil) yang akan didapat. 

Biarkan semua itu keluar dengan sendirinya. Jangan pernah mengekang imajinasi dengan anggapan, bahwa puisi saya tidak bagus, atau apalah namanya. Biarlah orang menilai, karena ukuran setiap orang berbeda-beda. "Menulis puisi dari hati adalah kunci". Mohon maaf itu nasehat untuk pribadi...he he. Puisi-puisi di bawah ini hasil belajar saya. Semoga terhibur...

AKU INGIN MEMAHAMIMU

Aku ingin memahamimu dengan sederhana...
Dengan kata yg tak sempat diucapkan angin pada embun, yang menjadikannya tiada.

 Aku ingin memahamimu dengan sederhana...
 Dengan kata yg tak sempat diucapkan pasir pada ombak, yang menjadikannya pergi.

 Aku ingin memahamimu dengan sederhana...
 Dengan kata yg tak sempat diucapkan burung pada pohon, yang menjadikannya terpisah.

 Aku hanya ingin memahamimu dengan sederhana...

Puisi di atas adalah puisi pak SDD. Saya begitu jatuh cinta dengan puisi beliau yang berjudul "Aku Ingin". Hanya saja sebagai pencinta baru dalam puisi, saya belajar menggubah puisi tersebut dengan mengganti beberapa diksi. Ternyata hasilnya lumayan juga . Misalnya, diksi "mencintai" saya ganti dengan "Memahamimu".

MAAFKAN

Maafkan,...
 Jika telah menyadap madu pada kesetiaanmu..
 Aku hanya tak bisa menahan liur untuk merasakannya..
 Karena, di antara keduamu, ada sekeping matahari yang selalu sama, membuat lapis jantungku selalu terbagi dua..
 Maafkan,...
 Aku telah berada pada pagi dan senja...

SEMENJAK ITU

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline