Lihat ke Halaman Asli

Misi Membidik Bidikmisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengenyam pendidikan di perguruan tinggi merupakan harapan para siswa lulusan SMA/SMK pada umumnya. Akan tetapi, terkadang harapan tersebut tersandung  masalah yang mengharuskan tidak meneruskan langkah ke jenjang pendidikan berikutnya. Salah satu masalah klasik yang membuat demikian adalah kondisi ekonomi  yang tidak mendukung. "Miskin jangan harap mengenyam kuliah" seolah-olah menjadi adagium yang terpasang dalam paradigma berpikir masyarakat.

Berangkat dari hal di atas Kemendikbud meluncurkan program bantuan pendidikan untuk para siswa SMA/SMK dari kalangan keluarga miskin yang telah diterima di Perguruan Tinggi yang ditunjuk Kemendikbud. Program ini diluncurkan mulai pada 2010 dengan nama Bidikmisi. Pada awal tahun program, ada 18.125 mahasiswa yang menerima beasiswa bidikmisi. Jumlah itu naik menjadi 58.900 orang pada 2013 yang tersebar di beberapa PTN sesuai dengan kuota. Pada tahun ini (2014) jumlah penerima Bidikmisi dipastikan naik, namun jumlah pastinya belum disosialisasikan (www.jpnn.com).

Informasi tersebut di atas tentunya membuka kesempatan bagi para siswa SMA/SMK yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dengan latar belakang dari keluarga tidak mampu. Namun demikian, berprestasi adalah syarat mutlak yang mesti dipenuhi. Banyak ditemui siswa-siswa SMA/SMK yang berpotensi mendapatkan Bidikmisi, tetapi ketersampaian informasilah yang ternyata masih saja menjadi kendala. Ketidaktahuan mengenai Bidikmisi di tengah majunya teknologi informasi tentu hal yang cukup aneh menurut penulis. Untuk itu perlu ada upaya dalam mengatasi agar informasi Bidikmisi tersampaikan pada yang bersangkutan.

Pertama, SMA-SMA di segenap penjuru negeri harus mensosialisasikan terkait Bidikmisi terhadap para siswanya. Apabila informasi ini terus digaungkan, maka tidak menutup kemungkinan para siswanya lebih bersemangat dalam menunjukkan prestasinya. Hal tersebut tidak lain lantaran keinginan mendapatkan kesempatan Bidikmisi kelak ketika menjelang kelulusan. Dengan demikian sekolah juga mendapatkan hasil positif atas prestasi para siswanya serta menaikkan kredibilitas sekolah di mata masyarakat. Tentunya sekolah juga harus memberikan pelayananan pendidikan yang sebaik-baiknya demi meningkatkan prestasi.

Kedua, sekolah terus mencoba mengajukan diri ke Ditjen Kemendikbud agar mendapatkan rekomendasi pengajuan siswa-siswanya untuk mendaftar program Bidikmisi sesuai petunjuk teknisnya. Hal ini sangat penting karena hal itu merupakan salah satu syarat yang diajukan Ditjen Kemendikbud. Dengan demikian, siswa yang berpotensi dapat leluasa mengajukan diri pada program Bidikmisi.

Jika upaya di atas dilakukan maka informasi Bidikmisi tersebar secara menyeluruh. Para siswa SMA/SMK yang berlatar belakang dari kalangan miskin tidak akan mengeluh , bahkan terdorong untuk menunjukkan prestasi di sekolahnya karena peluang untuk melanjutkan pendidikan terbuka lebar. Kepastian jumlah kuota penerima Bidikmisi yang dipastikan naik pada 2014 ini tentunya menambah semangat para siswa SMA/SMK. Terlebih, Kemendikbud akan menunjuk beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang mendapatkan kuota penerima Bidikmisi.

Oleh karena itu, tidak salah sekolah memiliki ambisi besar dengan menetapkan misinya dengan Bidikmisi sebagai bidikan. Harapannya, hal demikian mampu mendongkrak kualitas sekolah dengan menorehkan berbagai prestasi. Terkhusus untuk siswa-siswa SMA/SMK yang mendapatkan program Bidikmisi dapat meraih masa depan yang cemerlang. Mewujudkan bangsa yang cerdas dan siap bersaing pun segera terwujud di tengah percaturan global yang semakin menemui tantangan kompleks.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline