Mr. Kalend, begitulah beliau dipanggil oleh murid-murid di kursusannya.
Beliau dilahirkan dari keluarga yang taat agama. Mr. Kalend tak ubahnya seperti pemuda kebanyakan di desanya. Mayoritas penduduk di desanya mengandalkan pasokan utama rejekinya sebagai petani ladang dan buruh hutan. Demikian pula dengan Mr. Kalend. Pemuda asal Kutai, Kartanegara, Kalimantan Selatan ini juga bekerja sebagai buruh di belantara hutan. Kemudian beliau mendapatkan kesempatan berpindah kerja dan akhirnya bergabung sebagai karyawan di DBTC (Daya Besar Timber Cooperation) yakni perusahaan yang dimiliki oleh bos asa malaysia.
Meski hanya berasal dari keluarga yang sederhana, beliau mempunyai asa untuk memperbaiki nasib hidupnya. Beliau lalu memutuskan dan bertekad berhijrah dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa untuk menuntut ilmu. Pada saat itu, Mr. Kalend hanya mempunyai uang Rp18.000. tetapi berkat sumbangan teman dan saudara, akhirnya uang pun terkumpul menjadi Rp100.000. Pada tahun 1972 resmi berhijrah ke tanah Jawa.
Di Jawa, Mr. Kalend menuntut ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di tempat ini pula Mr. Kalend menapaki awal revolusi hidup. Beliau termasuk santri yang paling tua diantara teman-teman seangkatannya. Pada saat itu beliau berumur 27 tahun sementara umur teman-teman sekelasnya masih berkisar 12-14 tahun. Termasuk ustadz-ustadz yang mengajarnya pun banyak yang lebih muda darinya. Awal mula, Mr. Kalend merasa kesulitan beradaptasi. Beliau berpikir, betapa sulitnya belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Hanya niat yang tulus yang menjadikannya tetap bersemangat. “Dalam menuntut ilmu tidaklah mengenal kata terlambat.” Kata beliau.
Dalam prosesnya, terpaan masalah ekonomi keluarga membuat cita-citanya untuk menuntut ilmu menjadi terhambat. Keluarga tak lagi mampu membiayai kebutuhan Mr. Kalend. Akhirnya langkahnya untuk menuntut ilmu di Pondok Darussalam terhenti hanya sampai kelas 5. Sebelum keluar dari Gontor, beliau mendapat kabar dari dua temannya bahwa di Pare ada seorang Kyai yang menguasai 9 bahasa asing. Beliau adalah KH. Ahmad Yazid, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Singgahan, Pare, kediri. Walaupun Mr. Kalend tidak bisa mondok di Gontor sampai lulus karena hambatan ekonomi, beliau tidak menyesal. Beliau juga merasa beruntung bisa menemukan tempat menimba ilmu di Pare. Berbekal ilmu secukupnya yang beliau dapat dari Pondok Gontor, beliau memutuskan untuk nyantri kepada Kyai Yazid dan fokus belajar Bahasa Inggris.
Pada tahun 1976, Kyai Yazid kedatangan 2 orang tamu. Mereka adalah mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Mereka hendak belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris kepada Kyai Yazid untuk menghadapi ujian. Tetapi saat itu Kyai Yazid sedang berada di Majalengka, di rumah mertua beliau dan baru akan pulang satu bulan lagi. Tetapi Ibu Nyai menyarankan agar kedua tamu tersebut mau belajar kepada orang yang ditunjuk oleh Ibu Nyai. Sambil menunjuk kepada Mr. Kalend yang sedang menyapu halaman pondok, beliau berkata “Anda tidak perlu kecewa karena kyai tidak berada ditempat. Namun anda bisa belajar kepada orang itu, karena dia orang dari Gontor.” Terang Ibu Nyai Yazid.
Kedua mahasiswa tersebut tergolong cerdas. Hanya dalam waktu 5 hari Mr. Kalend mengajari mereka sehingga mereka bisa Bahasa Inggris dan mengulas contoh soal-soal ujian yang dibawa mereka. Kemudian mereka kembali ke Surabaya untuk mengikuti ujian dan akhirnya mereka lulus.
Pada masa itu, Bahasa Inggris belumlah sepopuler sekarang. Namun, pada masa itu pula mereka merasa bangga bisa melewati ujian Bahasa Inggris. Berkat kebanggaan tersebut, kedua mahasiswa tersebut menceritakan kisah inspiratif mereka kepada teman-temannya. Mereka berdua juga menyarankan kepada teman-temannya, kalau ingin belajar Bahasa Inggris, belajar saja kepada Mr. Kalend. Hasil dari getok tular kedua mahasiswa tersebut, banyak orang yang datang ke masjid Darul Falah untuk belajar Bahasa Inggris kepada Mr. Kalend.
Pada tahun 1977, Mr. Kalend mendapat saran dari beberapa muridnya agar mendirikan tempat belajar Bahasa Inggris yang bersifat formal atau semacam kursusan. Akhirnya pada tanggal 15 Juli 1977 beliau mendirikan tempat kursus Bahasa Inggris yang bernama Basic English Course. Berawal dari kursusan yang didirikan oleh Mr. Kalend terebut, kemudian berdirilah tempat kursusan-kursusan lain yang dimana pendiri kursusan-kursusan tersebut tak lain adalah murid-murid Mr. Kalend yang sudah lulus dari Basic English Course.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H