Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Duel di Badar: Ali vs Walid

Diperbarui: 14 Desember 2024   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duel Ali vs Walid | republika

"Siapa di antara kalian yang berani menantangku? Atau kalian semua hanya bisa sembunyi di balik jubah Muhammad?" teriak Walid bin Utbah dengan suara lantang, suaranya bergema di antara lembah Badar. Ia berdiri tegak di tengah arena, pedang besar di tangannya berkilauan terkena sinar matahari pagi. Setiap ayunan pedangnya seperti ancaman maut, dan tatapan matanya menyiratkan keangkuhan.

Pasukan Quraisy yang berada di belakangnya bersorak, menyemangati jagoan mereka. Walid menatap ke arah pasukan Muslim dengan seringai sinis, seolah-olah kemenangan sudah di genggamannya.

Di barisan pasukan Muslim, suasana penuh ketegangan. Beberapa dari mereka saling memandang, sadar bahwa Walid bukanlah lawan biasa. Namun, di tengah mereka, Nabi Muhammad SAW berdiri dengan tenang, memberikan rasa percaya diri kepada pasukannya.

Rasulullah melirik Ali bin Abi Thalib yang berada di dekatnya. "Bangkitlah, wahai Ali," sabdanya lembut namun penuh keyakinan. "Hadapi Walid, dan serahkan hasilnya kepada Allah."

Ali berdiri tegak, tubuhnya terlihat kokoh namun penuh kerendahan hati. Dengan langkah mantap, ia maju ke tengah arena. Sorak takbir mengiringinya, menggema dari barisan pasukan Muslim, "Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Walid menyipitkan matanya, memandang Ali dari kepala hingga kaki. Ia tertawa keras, "Kau? Hanya anak muda seperti ini yang kalian kirim untuk melawanku? Kau tidak lebih dari seekor anak kambing di hadapan singa, Ali!"

Ali tidak terpengaruh ejekan itu. Ia menjawab dengan suara tenang, namun penuh keyakinan, "Aku di sini bukan untuk membuktikan diriku, Walid. Aku di sini untuk membela kebenaran, atas nama Allah."

Walid tidak menunggu lebih lama. Dengan teriakan keras, ia menyerang Ali, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. Tebasan itu mengarah langsung ke kepala Ali, namun Ali dengan sigap mengangkat pedangnya, menangkis serangan itu. Suara dentingan logam memecah udara, memantul ke seluruh lembah.

Serangan Walid datang bertubi-tubi, seperti badai yang tidak memberi kesempatan untuk bernapas. Tebasan demi tebasan terus menghujani Ali, memaksa langkahnya mundur. Pasir di bawah kaki mereka beterbangan, menciptakan kabut tipis yang menambah dramatis suasana.

Namun Ali tetap tenang. Gerakannya seperti air yang mengalir, selalu menemukan jalan untuk menahan setiap serangan. Ia tidak menyerang balik, hanya bertahan, membuat Walid semakin penasaran dan frustasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline