Jagad maya tengah dihebohkan oleh aksi satir berupa pembakaran buku karya presenter dan jurnalis Najwa Shihab. Aksi ini menjadi perbincangan panas di media sosial, khususnya di TikTok dan X (dulu dikenal sebagai Twitter).
Kejadian tersebut bermula dari komentar Najwa Shihab yang mengomentari kepulangan Presiden ke-7, Joko Widodo, ke Solo, Jawa Tengah, pada Minggu, 20 Oktober 2024, saat siaran langsung prosesi pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2024-2029.
Sebagaimana yang kita ketahui, perilaku netizen kerap kali mudah tersulut, terlebih ketika topik menyangkut hal-hal sensitif.
Pada hari itu, Nana---sapaan akrab Najwa Shihab---mengomentari perjalanan pulang Jokowi dan istrinya ke Solo yang menggunakan pesawat TNI AU. "Nggak jadi komersil, sekarang nebeng TNI AU," ujar Najwa dalam video yang beredar luas di internet.
Pernyataannya itu sontak memicu respons keras dari netizen, khususnya di TikTok, hingga berujung pada hinaan serta komentar-komentar tidak pantas yang dilontarkan kepada Najwa, termasuk serangan yang mengandung unsur SARA.
Tak berhenti di situ, sejumlah netizen yang tidak setuju dengan Najwa bahkan mengambil langkah lebih jauh dengan membakar bukunya yang berjudul Catatan Najwa, lalu mengunggah video pembakaran buku tersebut ke media sosial. "Efek cuaca panas bisa keluar seperti api ini. Menyala, Mbak Nana," demikian bunyi teks dalam salah satu video pembakaran yang beredar di X.
Aksi pembakaran buku ini memicu pro-kontra di masyarakat. Salah satu tokoh publik yang menyuarakan pendapatnya adalah mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Lewat akun X miliknya, ia mengingatkan kembali cuitannya dari tahun 2021.
Meski tidak secara langsung menyebutkan aksi tersebut, Anies tampak menyindir perbuatan itu dengan mengutip novelis Ellen Hopkins: "Bakar saja setiap buku, hanguskan setiap halaman, hancurkan setiap kata menjadi abu. Namun gagasan tak dapat dibakar. Dan mungkin itulah ketakutanmu yang sesungguhnya," tulisnya pada 28 Oktober 2024.
Membakar buku sebagai bentuk protes atau ketidaksetujuan terhadap seseorang tampaknya menjadi fenomena baru dalam menyuarakan pendapat. Namun, menurut saya, ini adalah sebuah langkah mundur yang sangat negatif.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa netizen Indonesia memiliki reputasi kurang baik soal etika berkomunikasi di dunia maya. Bahkan, menurut laporan Digital Civility Index (DCI) dari Microsoft yang mengukur kesopanan digital pengguna internet dunia, netizen Indonesia tercatat paling tidak sopan se-Asia Tenggara.