Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Langkah Gegabah Abrahah (1)

Diperbarui: 3 Juli 2023   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasu pasukan gajah/sumber: okezone

Kekuasaan bagi manusia adalah gula bagi semut. Dengan berkuasa segala keinginan tiada yang dapat menolak. Menjadi orang nomor satu adalah bagian terbesar dari nafsu manusia.

Itulah yang dirasakan Abrahah. Tidak puas menjadi orang kedua, menjadi kepercayaan Gubernur Aryath di Yaman, tumbuh keinginannya untuk menjadi orang nomor satu. Keinginan yang setiap hari tumbuh semakin kuat.

Maka, di saat sudah tak mampu lagi membendung nafsunya itu, dia menantang Sang Gubernur untuk beradu tanding.

Tantangan pun di terima Aryath, Sang Gubernur. Di hari yang ditentukan, dengan bersenjatakan tombak kecil, Aryath menghadapi orang yang selama ini dipercayainya. Kepercayaan yang salah dilberikan, karena saat itu pun Abrahah sudah punya siasat licik untuk mengalahkan Aryath.

Adu tanding berjalan seru. Masing-masing memiliki motivasi yang tinggi. Juga keduanya memiliki kekuatan yang berimbang.

Dalam satu kesempatan, Aryath menyabetkan tombak kecilnya ke arah kepala Abrahah. Abrahah yang kaget mendapat serangan tersebut sempat mengelak. Namun, kurang cepat. Tombak kecil Aryath masih mampu mengenai wajah Abrahah.

Tak pelak, dahi, kedua mata dan alis, hidung, juga mulut Abrahah robek. Emosi mendapat luka, Abrahah memberi kode kepada Ataudah, budaknya yang sudah diperintah untuk berbuat licik. Tanpa menunggu perintah dua kali, Ataudah menyerang Aryath, dan berhasil membunuhnya.

Abrahah pun menjadi pemiliki singgasana gubernur. Dan karena luka robeknya, dia diberi gelar Al-Asyram (robek), menjadi Abrahah al-Asyram. 

Mendengar berita kudeta yang dilakukan Abrahah, Raja Najasyi marah besar. Dia mengirim surat kepada Abrahah. "Gubernurku dibunuh tanpa perintahku. Sungguh, aku bersumpah akan mendatangimu dan tidak akan keluar dari Yaman sebelum memotong kepalamu."

Ketakutan pun mengaliri tubuh Abrahah. Merasa tidak akan mampu melawan Raja Najasyi, dia mencukur gundul kepalanya, lalu memasukkan tanah Yaman ke dalam kantung kulit. Kantung itu diberikannya kepada utusan yang membawa surat Raja. Taklupa dia pun menulis surat balasan untuk Sang Raja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline