Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Membayar Wangi Makanan

Diperbarui: 7 Juni 2023   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi uang logam/sumber: pexels-erik-mclean-7192153

Abu Nawas sedang berjalan pulang dari pasar, saat melihat pertengkaran dua orang yang tidak dikenalnya. Abu Nawas penasaran apa yang menyebabkan mereka bertengkar, sampai muka keduanya merah, mata melotot, dan saling tunjuk.

Abu Nawas pun mendekati mereka. "Maaf tuan-tuan, apa yang Anda ributkan sampai saya melihat tidak ada yang mau mengalah?"

Keduanya serentak terdiam dan menoleh ke arah Abu Nawas. Abu Nawas sekilas melihat dahi keduanya berkerut. Mungkin mereka merasa terganggu, dan mereka tidak mengenali Abu Nawas.

"Anda siapa?" Salah seorang dari yang bertengkar bertanya.

"Saya Abu Nawas. Kebetulan lewat saat Anda berdua sedang meributkan sesuatu."

"Lantas apa maksudmu?" Orang itu kembali bertanya.

Abu Nawas tersenyum. "Begini saudara-saudara. Tidak baik Anda bertengkar, apalagi di tempat umum seperti ini. Barangkali saya bisa membantu menengahi perselisihan Anda."

"Baguslah, kalau Anda mau menjadi Hakim," kata orang itu lagi.

"Lalu permasalahannya apa?"

Si orang yang bertanya tadi kemudian menjelaskan. "Saya ini pedagang makanan. Saya mempunyai kedai makanan yang itu." Dia menunjuk sebuah kedai makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline