Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Al-Quran Bicara Butterfly Effect

Diperbarui: 3 Mei 2023   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi efek kupu-kupu/sumber: bibliotikacom


Anda tahu apa itu Butterfly Effect atau efek kupu-kupu?


Sederhananya, istilah Butterfly Effect ini dimaksudkan untuk menyebut sebuah kejadian kecil atau sepele, tetapi ternyata hal tersebut menyebabkan sesuatu yang besar.

APA Dictionary of Psychology mendefinisikan Butterfly Effect atau efek kupu-kupu adalah suatu kecenderungan sistem yang kompleks dan dinamis agar lebih peka terhadap suatu kondisi awal yang mungkin berubah karena hal-hal kecil.

Istilah Butterfly Effect pertama kali dikenalkan oleh seorang meteorologi dan matematikawan asal Amerika bernama Edward Norton Lorenz. Menurutnya, kepak sayap seekor kupu-kupu di hutan belantara Brazil secara teori dapat menyebabkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Teori atau pernyataan tersebut dilontarkan Edward Norton Lorenz pada 29 Desember 1972, saat memberikan pidato dalam Pertemuan ke-139 The American Association for the Advancement of Science di Washington DC, Amerika Serikat.

Istilah Butterfly Effect ditemukan Edward Norton Lorenz saat dia melakukan pekerjaan rutin sebagai peneliti meteorologi. Pria kelahiran Amerika Serikat pada 23 Mei 1917, ini memiliki pendidikan bidang matematika dan meteorologi dari MIT.

Ketika membuat perhitungan mengenai prakiraan cuaca, Lorenz menyelesaikan 12 persamaan diferensial taklinear dengan komputer. Awalnya dia mencetak hasil perhitungan tersebut di atas kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127).

Demi menghemat waktu dan kertas, dia kemudian hanya mencantumkan tiga angka di belakang koma (menjadi ...,506) dan cetakan selanjutnya diulangi pada kertas sama yang telah diisi dengan hasil cetakan tadi. Satu jam berselang, dia terkejut melihat hasil yang sangat berbeda. Awalnya, dua kurva berimpitan, tetapi keduanya mengalami pergeseran sedikit demi sedikit hingga membentuk corak yang berbeda sama sekali.

Lorenz menerbitkan studi teoretis dari kejadian tersebut dalam artikel berjudul Deterministic Nonperiodic Flow atau 'Aliran Takperiodik Deterministik'. Dia menyatakan, "Seorang meteorolog mendapati bahwa jika teori ini benar, maka satu kepakan sayap burung camar laut dapat mengubah jalannya cuaca untuk selamanya."

Setelah mendapat saran dari rekan-rekan sejawatnya, Lorenz kemudian mengganti burung camar dengan kupu-kupu, yang menurutnya lebih puitis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline