Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Memahami Peristiwa Isra Mi'raj secara Manusiawi

Diperbarui: 22 Februari 2023   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Isra Mi'raj/sumber: sindonews

Beberapa hari yang lalu umat Islam, khususnya di Indonesia, merayakan salah satu peristiwa besar, yaitu Isra Mi'raj.

Isra Mi'raj adalah salah satu peristiwa luar biasa yang dialami Rasulullah saw. Disebut luar biasa, karena peristiwa tersebut kejadiannya sangat di luar nalar manusia. Isra adalah peristiwa perjalanan Rasulullah saw, dari masjid al-Haram di Makkah ke masjid al-Aqsho di Yerusalem, Palestina. Sementara Mi'raj adalah perjalanan Beliau dari masjid al-Aqsho, ke Sidratul Muntaha, lalu kembali lagi ke masjid al-Haram. Luar biasanya, semua peristiwa itu (Isra dan Mi'raj) terjadi hanya dalam satu malam.

Banyak hikmah yang disebutkan para ulama berkenaan dengan di-Isra Mi'raj-kannya Rasulullah Saw. Salah satunya adalah 'hiburan' dari Allah untuk Rasulullah Saw. Karena sebelumnya Beliau ditinggalkannya oleh dua orang kesayangannya dan yang selama ini membelanya saat menyampaikan risalah Islam. Yaitu istrinya, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thalib.

Terhadap peristiwa Isra Mi'raj sendiri, tentu saja orang-orang kafir Quraisy tidak mempercayainya dan menganggap Rasulullah Saw sebagai pembohong. Bahkan beberapa kaum Muslimin pun, terutama yang belum lama masuk Islam, meragukan apa yang dialami oleh Rasulullah Saw tersebut.

Peristiwa Isra dijelaskan secara khusus oleh Allah swt melalui firman-Nya di surat al-Isra ayat pertama.

"Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad saw) pada malam hari, dari masjidil Haram ke masjidil Aqso yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Walaupun peristiwa Isra tersebut di luar nalar manusia, sehingga banyak yang meragukan kebenarannya. Namun sebenarnya, dengan memahami firman Allah swt di atas, dapat dimengerti secara sederhana.

Berjalan dari masjid al-Haram di Makkah ke masjid al-Aqsho di Yerusalem dalam satu malam, adalah hal mustahil kalau hanya mengandalkan kemampuan manusiawi Rasulullah. Namun tidak mustahil kalau Allah sendiri yang 'memindahkan' Rasulullah.

Perhatikan kalimat 'yang telah memperjalankan hamba-Nya' pada ayat di atas. Kata 'memperjalankan' jelas menunjukkan peran Allah swt. Berbeda sekali kalimatnya kalua seperti begini, 'yang telah berjalan', yang dimaksudkan kepada Rasulullah.

Jadi, Allah telah memperjalankan, bukannya Muhammad yang berjalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline