Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Fase Pertama Kehidupan Manusia: Era Nabi Adam

Diperbarui: 24 Januari 2023   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kehidupan zaman Nabi Adam/sumber: sindonews

Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel yang saya tulis beberapa waktu yang lalu. Di artikel tersebut saya menulis tentang periode zaman yang dilalui umat manusia (khususnya kaum Muslimin) dalam hidupnya di dunia. Anda yang belum membacanya -- dan sebaiknya membaca sebelum melanjutkan membaca artikel ini -- dapat membaca artikel saya yang berjudul 'Periode Kepemimpinan Islam'.

Berdasarkan sebuah hadis, umat manusia akan melewati 5 fase kepemimpinan. Sampai saat ini 3 fase yang pertama telah dilewati, yaitu: fase kenabian, fase Khilafah 'Ala Manhaj An-Nubuwwah, dan fase kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adhon). Kini, sedang ada di fase ke-4, yaitu fase kerajaan yang kejam dan diktator (Mulkan Jabariyan).

Belum ada keterangan kapan masanya masuk ke fase ke-5 atau fase terakhir. Artikel ini pun tidak akan membahas hal tersebut (fase ke-5). Yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini adalah tentang fase pertama, yaitu zaman kenabian.

Ada dua pendapat tentang fase pertama ini. Pendapat pertama yang memahami -- dan ini yang mayoritas -- bahwa yang dimaksud zaman kenabian itu adalah zaman sejak Rasulullah Muhammad Saw menerima wahyu sampai beliau meninggal dunia.

Adapun pendapat kedua memahami bahwa yang dimaksud zaman kenabian ini adalah zaman sejak Allah swt menunjuk Adam as menjadi Nabi untuk umat manusia yang hidup di dunia, dan terus berganti Nabi sampai ke Nabi terakhir Rasulullah saw.

Artikel saya ini akan mengarah kepada pendapat kedua tersebut. Karena di ujung keterangan menurut pendapat kedua ini pun, nanti akan bertemu dengan keterangan menurut pendapat pertama.

Sebagaimana sudah diketahui oleh kita yang Muslim, bahwa Allah Swt menciptakan manusia supaya beribadah kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat ke-56), dan supaya tetap bertauhid, meng-esa-kan Allah, meyakini tidak ada tuhan selain Allah (QS. Al-Anbiya ayat ke-25, dan An-Nahl ayat ke-36). Sehingga diperlukan seseorang untuk menjadi pemandu dalam melaksanakan kedua hal tersebut. Maka Allah kemudian mengutus Nabi dan Rasul-Nya.

Karena Nabi dan Rasul juga seorang manusia yang usianya pun terbatas (meninggal). Juga, karena ada peran setan yang terus menggoda manusia, setelah Nabi/Rasul sebelumnya meninggal, umat manusia cenderung berbuat dosa lagi, tidak beribadah lagi kepada Allah swt. Maka Allah mengutus Nabi/Rasul yang lain sebagai penggantinya untuk mendakwahi manusia.

Sederhananya begini. Allah swt telah memberi arah yang benar (yang diridai-Nya) sebagai petunjuk hidup manusia, berupa jalan yang lurus. Nabi/Rasul yang diutus Allah bertugas menjaga manusia supaya tetap berada di jalan tersebut. Setelah Nabi/Rasul meninggal plus ada peran setan, banyak manusia yang kemudian keluar dari jalan yang lurus tadi. Ada yang melenceng ke kiri, ada pula yang melenceng ke kanan. Tugas Nabi/Rasul berikutnya adalah untuk mengembalikan manusia ke jalan yang benar.

Walaupun, tidak mesti juga Nabi/Rasul berikutnya diutus Allah setelah Nabi/Rasul sebelumnya meninggal, karena ada juga yang Nabi/Rasul diutus Allah saat Nabi/Rasul sebelumnya masih hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline