"Di mana ada gula di situ ada semut".
Peribahasa di atas seperti layak juga kalau dipakai di perhelatan pesta demokrasi 5 tahunan. Baik Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg), atau Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Di ajang-ajang 5 tahunan di atas, semua sudah mafhum, selalu saja bertaburan uang yang tidak sedikit. Ada uang dari pribadi-pribadi; calon anggota dewan (Caleg) atau kandidat kepala daerah, juga ada dari partai politik (Parpol). Semua uang itu sama peruntukkannya, yaitu untuk meraih (membeli?) suara sebanyak mungkin. Dan tentu saja, uang-uang tersebut bagaikan gula yang mengundang orang-orang datang, berkerumun memperebutkannya.
Baik Parpol maupun Caleg atau kandidat kepala daerah sama-sama menyadari, uang-uang mereka itu, untuk meraih suara, tidak bisa begitu saja disalurkan, tetapi harus ada tim supaya penyalirannya dan efektif dan Raihan suaranya maksimal. Maka kemudian bertemulah dua pihak tersebut membentuk simbiosis mutualisma.
Dari pertemuan kepentingan itu lahirlah apa yang disebut relawan. Walaupun, tidak sedikit juga, relawan yang dibentuk sendiri-tanpa permintaan kandidat atau caleg-dikarenakan kertertarikan atau simpati pada tokoh (kandidat) tertentu. Namun, secara umum-setidaknya yang saya lihat-relawan-relawan itu dibuat.
Semakin mendekati Pemilu, yang akan dilaksanakan awal tahun 2024, fenomena kemunculan relawan ini semakin kentara dan cukup masif, terutama relawan calon presiden (Capres). Apalagi di Pemilu 2024 nanti Presiden Jokowi tidak akan mencalonkan lagi, karena sudah 2 periode, maka semua kandidat Capres merasa punya peluang sama.
Sangat sulit menilai relawan (baik pribadi maupun kelompok) yang bermunculan sekarang ini dari sisi 'kerelaan mereka' saat bekerja memenangkan Parpol atau kandidat. Dalam politik praktis, semua dukungan politik yang diberikan kepada para kandidat yang berlaga di ajang demokrasi tidak mungkin gratis, there is no free lunch. Selalu ada take and give.
Sehingga akan menjadi rancu istilah relawan sendiri. Karena relawan itu kan artinya manusia yang rela. Rela sendiri artinya menurut KBBI adalah 'bersedia dengan ikhlas', dan ikhlas menunjukkan tanpa dibayar. Ya, jadi rancu, karena apakah betul mereka mau menjadi tim sukses tanpa dibayar?
Dan ternyata bukan hanya uang yang dapat diraih para relawan, jabatan komisaris pun bisa.
Ah, masa?