Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Tiga Pengalaman Tak Terlupakan sebagai Ketua RT

Diperbarui: 2 Juni 2022   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kehidupan warga di komplek/sumber: kabarbanyuwangiinfo

Tak terasa, sudah 3 tahun saya menjadi pejabat eselon 6, sebagai ketua RT (Rukun Tetangga). Berbeda dengan jabatan-jabatan lain yang diperebutkan setiap 5 tahun sekali, perebutan yang terjadi di level RT adalah berebut menolak. Jarang ada warga yang sukarela mencalonkan diri atau menawarkan diri menjadi Ketua RT.

Begitupun yang terjadi saat Ketua RT di perumahan tempat saya tinggal ujug-ujug membuat surat pengunduran diri dan dibagikan ke semua warga. Tidak ada alasan yang dijelaskan dalam surat tersebut.

Lalu, beberapa warga terutama para sesepuh perum bersepakat menunjuk saya untuk jadi Ketua RT. Entah apa alasan mereka. Seribu jurus saya keluarkan untuk menolak. Tak mempan. Akhirnya, jabatan Ketua RT tersandang di pundak bersamaan dengan awal pandemi si Covid.

Tentu saja selama 3 tahun menjabat eselon 6 ini banyak kejadian atau peristiwa yang saya alami. Namanya Rukun Tetangga, ya ... yang diurus tetangga. Bukan hanya tetangga kiri kanan rumah, tetapi tetangga seperumahan.

Dari kejadian-kejadian yang terjadi tersebut, ada 3 yang menarik, dan sepertinya takkan terlupakan.

Diajak Nagih Hutang di Tengah Malam

Betul-betul tengah malam, antara pukul 00 sampai pukul 01. Malam itu saya dibangunkan satpam komplek. Saat saya bertanya ada apa, dia hanya berkata, "Pak RT ke Pos saja, di sana ada beberapa orang yang nunggu."

Kaget juga mendengar 'beberapa orang'. "Ada apa ini?" pikirku sambil segera bergegas ke Pos Satpam.

Sesampainya di pos satpam tambah kaget lagi. Di sana sudah ada 5 orang bertampang serem, jaket kulit hitam, ada yang memakai topi kupluk, ada yang rambutnya panjang. Saya sudah curiga mereka tim Buser yang mau menangkap warga. Entah kasus narkoba atau kasus yang lainnya.

Setelah saya mendekat, salah seorang di antara mereka berkata, "Mohon maaf Pak RT, dibangunkan tengah malam. Begini, saya dan teman-teman ini mau menagih hutang ke salah seorang warga Bapak. Orang ini sudah lama menghindar terus dan berpindah-pindah tempat tinggal. Kami sudah menyelidiki, ternyata sekarang tinggal di komplek ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline