Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Pribadi yang Tak Terbeli

Diperbarui: 11 April 2022   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: SHUTTERSTOCK)

Makkah yang panas semakin gerah. Quraisy heboh, terutama para pemukanya. Telah datang ke tengah mereka Rasulullah (utusan Allah) yang membawa risalah baru. Sulit mereka menyanggah kebenaran risalah yang dibawanya, karena selama ini Rasulullah sudah mereka kenal baik sebagai orang yang paling amanah.

Nafsu yang menyelimuti hati mereka telah menutupinya dari melihat kebenaran. Bagaimanapun mereka tidak mau dianggap sederajat dengan para budak. Mereka tidak mau disetarakan dengan budak-budak yang selama ini bebas diperintah bahkan ditindas.

Namun rupanya Rasulullah semakin banyak pengikutnya. Bahkan bukan hanya kalangan bawah, beberapa orang terhormat Quraisy ada yang menerima ajaran risalah baru itu dan rela menjadi pengikut Rasulullah. Mereka adalah Abu Bakar, Utsman bin Affan, bahkan kemudian orang yang paling disegani di Makkah, Hamzah bin Abdul Mutholib, pun menyatakan diri sebagai pengikutnya.

Hal ini semakin membuat para pemuka Quraisy murka. Naik tensi amarah mereka setiap mendengar pengikut Rasulullah bertambah. Berbagai cara mereka lakukan terhadap Rasulullah, dengan mengejeknya, mengintimidasinya, mengatakannya gila, atau menyebutnya tukang sihir. Namun, semuanya tidak berpengaruh. Rasulullah menerima semua perlakuan buruk itu dengan tenang.

Tidak mempan terhadap Rasulullah, sasaran mereka berikutnya adalah para pengikutnya, terutama dari golongan bawah, para budak. Mereka mendera para pengikut Rasulullah dengan siksaan yang luar biasa sadis.

Bayangkan sadisnya seorang Umayyah bin Khalf yang menyiksa budaknya, Bilal bin Rabah. Di siang terik, saat panas matahari maksimal, Bilal ditelanjanginya lalu dibaringkan di atas pasir yang panas. Tidak cukup itu, kemudian diperintahkannya budak yang lain untuk mengambil batu yang besar dan panas karena terbakar matahari, lalu diletakkan di atas perut Bilal bin Rabbah.

"Tinggalkan ajaran si Muhammad, maka kau akan bebas dari penderitaan ini. Bahkan kau akan kuberi kesenangan yang belum kau rasakan." Umayyah bin Khalf membujuk Bilal.

Hanya satu yang keluar dari mulut Bilal bin Rabah, "Ahad." Dan kata itu terus diulang-ulang, "Ahad ... ahad ... ahad."

Bayangkan pula apa yang dilakukan Abu Jahal saat menyiksa budaknya. Tidak hanya seorang tapi sekeluarga, yaitu Yassir, Sumayyah, istrinya, dan putranya, Ammar bin Yassir. Tak berbeda dengan apa yang dialami Bilal. Ketiganya diikat di bawah terik matahari, lalu dicambuk sehingga kulit-kulit tubuh mereka mengelupas mengalirkan darah. Tetapi ketiganya bertahan dengan keyakinannya, bahkan Yassir dan istrinya, Sumayyah, sampai melepaskan nyawa mereka.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline