Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Cerpen: 3 Dosa

Diperbarui: 4 April 2022   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Gempaaaaaaa!"

"Larriiiiiiiiii!"

Suasana penambangan heboh. Para penambang panik, dan berhamburan, berdesakan, berlomba keluar terowongan supaya tidak terkubur. Tak peduli ada yang jatuh lalu terinjak-injak. Hanya satu dalam benak mereka, keluar secepatnya.

Nahas bagi Samin dan kelompoknya. Mereka terkurung. Papan dan tiang kayu penyangga atap terowongan runtuh. Batu-batu pun berjatuhan menutupi jalan keluar

"Asu! Gempa sialan," Kusno membanting belencong seolah membuang kekesalan di dalam hati.

"Jangan panik," Samin menenangkan. "Kita tunggu tim penolong."

"Kita harus berusaha. Gus, Aksan, bantu aku menggeser batu-batu itu," Kusno melangkah menuju tumpukan batu, diikuti Agus dan Aksan.

"Jangan!" Tomiran berteriak. Terlambat.

Alih-alih berhasil menyingkirkan reruntuk yang menutup jalan ke luar, mereka malah tertimpa bebatuan yang berjatuhan. Nahas, Agus dan Aksan tidak sempat menghindar, beberapa batu sebesar kepala menimpa mereka. Mereka tidak tertolong. Sementara Kusno mengalami patah tulang. Dadang berlari menarik Kusno.

"Sebaiknya kita pindah. Papan dan kayu penyangga atap di sini sudah rapuh. Tidak akan kuat kalau terjadi gempa lagi." Tomiran menengadah, memeriksa atap terowongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline