Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Bekerja Bukan untuk Mencari Rezeki

Diperbarui: 4 Maret 2022   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay

"Kalau rezeki sudah ditakar dan takkan tertukar.

Kalau setiap orang sudah punya jatah rezekinya.

Kenapa kita harus bekerja atau berjualan?"

Kalimat di atas mungkin pernah Anda baca atau dengar. Sebagian dari kita mungkin banyak juga yang setuju dengan kalimat tersebut, dalam arti mempertanyakan hal yang sama.

Rezeki dan bekerja, atau ikhtiar, dua kata yang menjadi inti dari pertanyaan kita. Dua hal yang akan saya jelaskan juga melalui tulisan ini.

Pertama saya akan menukil sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud. Hadis tentang proses terjadinya janin di dalam rahim seorang ibu. Di ujung hadis ada kalimat begini, "kemudian diutus kepadanya (janin) seorang malaikat, lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya."

Hadis di atas ada di kitab Sahih Bukhari nomor 6594 dan di Sahih Muslim nomor 2643.

Jelas ya, 4 hal sudah default dalam hidup kita.

Rezeki, hal yang kita bicarakan, termasuk dalam keempat hal yang ditetapkan itu. ini menjelaskan pula bahwa saat rezeki kita sudah habis jatahnya, saat itulah hidup kita di dunia ini berakhir. Jatah hidup kita berakhir.

Masalahnya adalah rezeki itu seperti halnya kematian, sesuatu yang pasti tetapi misterius. Mati itu pasti, tapi misteri bagi kita; kapan, di mana, sedang apa, atau sedang bagaimana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline