Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Duel, Alternatif Penegakan Hukum

Diperbarui: 19 Januari 2022   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: impawards.com

Hanya kebetulan, di saat riuh tersiar berita bunuh diri seorang mahasiswi di pusara ayahnya, saya menyaksikan film The Last Duel. Dan usai nonton, saya jadi merasa ada relasi antara cerita di film itu dengan kasus yang melatarbelakangi si mahasiswi tadi melakukan bunuh diri.

Film bergenre action dan sejarah ini dirilis bulan Oktober kemarin. Dengan latar belakang Prancis di tahun 1386, saat Raja Charles VI berkuasa, film ini menceritakan perseteruan antara Jean de Carrouges dengan Jacques Le Gris. Padahal keduanya merupakan kesatria (Knight) yang saling bersahabat.

Puncak perseteruan kedua ksatria itu berlangsung dengan cara duel ala Eropa era itu. Duel berkuda dengan masing-masing bersenjatakan tombak panjang. Duel yang dilakukan di hadapan raja dan rakyat Prancis itu berakhir dengan terbunuhnya salah seorang dari mereka.

Menariknya, kenapa kemudian saya menyebut ada relasi dengan kasus bunuh diri Novia Widyasari. Duel dua kesatria itu dipicu oleh pemerkosaan yang dilakukan Le Gris terhadap Marguerite, istri dari Jean de Carrouges. Kasus yang sama yang dialami oleh Novia Widyasari.

Pemerkosaan yang dialami marguerite ini menjadi pokok cerita film The Last Duel. Keinginan Jean de Carrauges untuk melaporkan sahabatnya Le Gris sebagai pelaku pemerkosaan ternyata tidak mulus.

Hanya karena dalam satu kesempatan (sebelum mengalami perkosaan) Marguerite pernah mengatakan kepada temannya, bahwa Le Gris memang lelaki yang tampan, yang dapat membuat wanita-wanita terpesona, pengakuannya sebagai korban perkosaan tidak dipercaya pengadilan. Alih-alih, malah Marguerite dituduh memfitnah Le Gris. Diperkuat oleh sangkalan Le Gris sendiri yang membantah melakukan pemerkosaan.

Apalagi saat sidang pengadilan dilaksanakan enam bulan setelah peristiwa pemerkosaan, Marguerite tengah hamil. Dan ilmu medis masa itu, meyakini bahwa kehamilan hanya bisa terjadi jika kedua pasangan yang berhubungan intim saling menikmati.

Oleh karenanya, Sang Hakim mencurigai apa yang dialami oleh Marguerite itu bukan pemerkosaan tetapi atas suka sama suka. Bahkan sampai Sang Pengadil bertanya sesuatu yang konyol kepadanya, "Apa kau menikmatinya (perkosaan)?" Dengan kata lain, Marguerite dituduh telah menggoda Le Gris.

Apa yang dialami Marguerite tersebut dirasakan pula oleh Novia Widyasari. Pengakuannya bahwa dia diperkosa dan dipaksa untuk melakukan aborsi tidak diterima oleh paman-pamannya. Juga oleh orang tua dan keluarga pacarnya, yang seorang Bripda itu. Novia bahkan mendapat teror dari mereka, serta pandangan miring dari sebagian masyarakat, atas perilaku sex bebasnya.

Tidak ditanggapinya keluhan Novia, oleh paman-pamannya, oleh keluarga pacarnya, dan oleh polisi, membuat Novia depresi dan mengambil jalan pintas untuk menghilangkan depresinya dengan mengakhiri hidup melalui sebotol sianida. Sebagaimana diakuinya melalui 'suicide note' yang disampaikan kepada ibunya. Pesan yang kemudian viral di media sosial dengan tagar #Save_Novia_Widyasari

Ada kemiripan, apa yang dialami oleh Marguerite dengan yang dialami Novia Widyasari, yaitu keduanya dituduh menjadi penyebab perbuatan nista itu. Sehingga upaya pengungkapan kasus pemerkosaan mereka menjadi berlarut-larut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline