(Review buku: Panjang Umur Banyak Pahala)
"Akhir dari segala kebaikan adalah pahala, dan pahala tidak akan dapat kita tuai jika kita tidak tahu bagaimana cara untuk mendapatkan hamparan pahala yang Allah anugerahkan kepada kita..."
Demikian quote dari penulis buku ini, Abu Thalhah Muhammad Yunus. Kalimat di atas menggambarkan isi buku yang ditulisnya. Buku ini, saya merasa lebih tepat menyebutnya panduan, berisi bagaimana memanfaatkan waktu-waktu dalam kehidupan kita untuk meraih pahala sebanyak mungkin.
Hidup manusia sebagai makhluk sosial dan punya tanggung jawab terhadap manusia lain (istri/suami, anak, orang tua, saudara, dll) menyebabkan aktivitasnya banyak sementara waktu yang tersedia terbatas hanya 24 jam. Sehingga tidak sedikit yang tidak punya banyak waktu untuk aktivitas ibadah. Padahal ibadah adalah tugas manusia hidup di dunia.
Pahala sebagai konsekuensi hasil beribadah adalah salah satu faktor yang akan menentukan kita akan mendapatkan nikmat surga kelak. Sehingga, bagaimanapun, meraih pahala sebanyak-banyaknya harus menjadi sesuatu yang penting diperhatikan oleh kita.
Buku setebal 265 halaman ini berisi beberapa penjelasan dari amalan-amalan tertentu yang sederhana, sederhana dari sisi waktu pelaksanaannya maupun praktek pelaksanaannya, yang sudah pasti bisa dilakukan oleh siapa pun, sesibuk bagaimanapun. Namun, amalan sederhana tersebut bisa mendatangkan pahala yang besar.
Maka, tidak berlebihan kalau saya menyebutnya buku ini sebagai sebuah panduan atau pedoman untuk meraih pahala sebanyak mungkin. Sebagaimana anak judul dari buku ini, yaitu Menggenggam Surga di Tengah Kesibukan Dunia.
Buku yang aslinya berjudul Jalbil Hasanah fi Daqoiq al-Mahdudat diterbitkan oleh penerbit Aula Pustaka Jakarta bulan Januari 2010. Isi buku ini dibagi ke dalam 8 bab, dimulai dari Hakikat Waktu (Bab I) dan diakhiri dengan Kiat-Kiat Memelihara Waktu (Bab 8).
Salah satu keistimewaan 10 malam terakhir bulan Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadr di antaranya, di mana kalau kita beribadah di malam Lailatul Qadr, maka ibadah kita akan dinilai sama dengan beribadah selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun. Ibadah satu malam tetapi nilainya sama dengan ibadah 83 tahun. Maka, tidak aneh kalau banyak kaum Muslimin yang 'berburu' malam Lailatul Qadr.
Nah, di buku ini pun banyak ditunjukkan oleh penulisnya, tentu berdasarkan hadits-hadits shahih, amalan-amalan sederhana yang pahalanya berkali-kali lipat. Beberapa amalan sederhana tersebut, misalnya; amalan selama 4 menit tetapi berpahala melimpah, yaitu amalan membaca 'Laailaaha illallah wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiit wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir', sesuai hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim (hal. 186).