Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Pensiunan yang ingin terus menulis

Kekuatan Doa di Tengah Musibah

Diperbarui: 30 April 2021   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jurnalpeternakandotcom

Tidak ada satu pun peristiwa di dunia ini tanpa keterlibatan Allah Swt sebagai Sang Pencipta. Allah Swt sebagai Sang Pencipta juga memiliki sifat Mahaadil dan Maha Penyayang, sehingga apa pun yang Dia takdirkan terjadi di dunia ini, bukan untuk menyengsarakan manusia. Termasuk pandemi atau wabah virus corona yang sedang terjadi saat ini. Semua yang Dia takdirkan adalah untuk kebaikan manusia. Yang mejadi permasalahan adalah keterbatasan kita sebagai manusia untuk memahami apa hikmah di balik peristiwa yang kita alami.

Sudah lebih dari setahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Tentu termasuk Indonesia. Apa yang dikehendaki Allah SWT dengan menurunkan pandemi ini? Apa hikmah di balik musibah ini? Jawaban dari pertanyaan tersebut yang harus kita cari, daripada harus menyesali dan meratapi musibah yang terjadi.

Sebagai seorang muslim, mensikapi suatu masalah harus selalu bersandar pada al-Qur'an. Termasuk mensikapi pandemi Covid-19. Supaya kita dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan di atas. Ada dua peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur'an, yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita berkenaan dengan musibah yang sedang kita alami ini. Pertama, kisah Nabi Adam as, dan kedua kisah Nabi Yunus as.

Sesaat setelah memakan buah khuldi, padahal makan buah itu dilarang oleh Allah Swt, Nabi Adam as dan istrinya, Hawwa, diusir dari surga untuk turun ke bumi. Allah Swt menempatkan Nabi Adam as dan Hawwa di tempat yang berbeda. Sehingga mereka terpisah. Terjadi Jarak (distancing) di antara mereka yang sangat jauh. Senasib dengan Nabi Adam as, Nabi Yunus as pun, karena melakukan kesalahan, dihukum oleh Allah SWT dengan cara di lock-down di dalam perut ikan.

Apa yang dilakukan Nabi Adam as dan Nabi Yunus as setelah menerima hukuman dari Allah Swt? Berdoa dan memohon ampun. Keduanya melantunkan doa untuk memohon maaf atas kesalahan yang telah mereka lakukan.

Nabi Adam as berdoa, "Ya Tuhan kamai, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."

Sementara doa yang dilantunkan oleh Nabi Yunus as adalah, "Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Allah. Sesungguhnya aku telah menganiaya diri kami sendiri dan aku termasuk ke dalam golongan orang yang dzalim."

Dari dua orang Nabi tersebut kita dapat mengambil pelajaran, yaitu:

  • Begitu mendapat masalah, curhat lah kepada Allah Swt. Allah lah yang pertama kali kita hubungi saat mendapat masalah. Dekati Allah Swt. Sertakan Allah Swt dalam setiap aktivitas kita.
  • Segera memohon ampun atas dosa-dosa kita, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Instropeksi diri, jangan menyalahkan keadaan atau menyalahkan orang lain.
  • Ada yang menarik dari kalimat doa yang dibaca oleh Nabi Adam as dan Nabi Yunus as di atas. Yaitu, keduanya mengakui telah berbuat 'menganiaya diri sendiri'.
  • Bersikap ikhlas, menerima semua ketetapan Allah Swt. Kondisi yang terjadi karena musibah, terima dengan lapang dada lalu kita menjalaninya dengan hati yang bersih tanpa emosi.

Inti dari ketiga pelajaran tersebut merupakan hikmah dari musibah pandemi Covid-19, yaitu mendekat kepada Allah Swt. lebih sering lagi.

Saat di dalam perut ikan, Nabi Yunus as mengalami tiga kegelapan. Yaitu kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan lautan yang dalam, dan kegelapan malam gulita. Setelah melantunkan doa dengan sebelumnya memohon ampun, Allah Swt pun mengabulkan permohonan Nabi Yunus as, dengan mengeluarkannya dari perut ikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline