Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Pensiunan yang ingin terus menulis

Anak Pendeta yang Jasadnya Dimandikan Malaikat

Diperbarui: 23 April 2021   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

voaislamdotcom

Malam menjelang keberangkatan pasukan Muslim ke Uhud terjadi kesibukan di Madinah. Mendengar orang-orang Quraisy akan menuntut balas atas kekalahan mereka di Badar dengan mengerahkan pasukan sangat banyak, Rasulullah Saw pun mempersiapkan pasukan. 

Semua potensi kekuatan dikerahkan oleh Rasulullah Saw untuk mengimbangi pasukan Quraisy. Terdata kemudian, pasukan Muslim yang siap berangkan esok pagi sebanyak seribu orang. salah satunya adalah Hanzhalah bin Amir Ar-Rahib.

Hanzhalah adalah pengantin baru. Beberapa hari sebelumnya Rasulullah Saw menikahkan dia denga putri seorang tokoh Madinah, Abdullah bin Ubay bin Salul, yang bernama Jamilah.

Di tengah kesibukan mempersiapkan keberangkatan ke Uhud, malam itu Hanzhalah meminta izin kepada Rasulullah Saw untuk pulang menemui istrinya. 

Rasulullah Saw hanya tersenyum mendengarnya. Beliau paham, sebagai pengantin baru tentu gejolak kerinduan dan syahwat selalu muncul di dalam jiwa Hazhalah. Mendapat restu dari Rasulullah, Hanzhalah segera pulang menemui istrinya.

Hanzhalah terlahir dari seorang pendeta suku Aus, Amir Ar-Rahib. Ar-Rahib (pendeta) adalah gelar yang diberikan kepada ayah Hanzhalah. Saat mendapatkan keterangan bahwa akan muncul Nabi baru di Jazirah Arab, dia berharap Nabi terakhir tersebut terlahir dari suku Aus. Ternyata harapannya kosong. Nabi terakhir ternyata lahir dari suku Quraisy. Sehingga kemudian timbul kebenciannya terhadap Rasulullah dan pengikutnya.

Namun, kebencian Amir Ar-Rahib ternyata justru menjadi pemicu turunya hidayah kepada putranya, Hanzhalah. Saat Rasulullah Saw dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah, Hanzhalah mengucapkan dua kalimat Syahadat, menyatakan diri menjadi pengikut Rasulullah Saw.

Hanzhalah bahkan mengumumkan keislamannya kepada keluarganya. Tak peduli akan akan sikap ayah dan keluarganya yang kemudian membencinya. Baginya, kecintaan kepada Rasulullah Saw di atas kecintaan kepada keluarga.

Sampai kemudian terjadi perang Uhud. Hanzhalah yang tidak ikut serta dalam Perang Badar beberapa tahun sebelumnya, dan merasa iri dengan keistimewaan yang Allah Swt berikan kepada Ahli Badar (sebutan untuk Muslim yang ikut Perang Badar), sangat antusias ketika Rasulullah Saw memobilisasi pasukan Muslim.

Statusnya sebagai seorang pemuda yang baru menikah tidak menghalangi niat kuatnya untuk pergi berjihad. Gejolak syahwatnya sudah dikalahkan dengan gemuruh mahabah (cinta) kepada Islam dan Rasulullah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline