Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Pensiunan yang ingin terus menulis

Taatnya Seorang Istri

Diperbarui: 4 April 2021   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pecihitamdotorg

Tahukah Anda, untuk menggambarkan kewajiban taatnya seorang istri kepada suaminya melebihi ketaatan kepada orang tuanya, ada dalam kisah Zainab binti Muhammad Rasulullah SAW.

Zainab ini putri pertama Rasulullah SAW dari empat putri buah pernikahan dengan Khadizah binti Khuwailid. Ketiga putri Rasulullah SAW lainnya adalah Ruqayyah (dinikahi Utsman bin Affan), Ummu Kultsum, dan Fathimah (dinikahi Ali bin Abi Thalib). 

Ketika usia Zainab menginjak sembilan tahun Abul Al-Ash bin Ar-Rabi, putra saudara perempuan Khadijah yang bernama Halah binti Khuwailid, menaruh hati pada Zainab. 

Dia kemudian meminta Zainab kepada bibinya, Khadijah untuk dilamar menjadi istrinya. Maka dengan gembira Rasulullah SAW menerima pinangan Abul 'Ash. Pernikahan ini terjadi sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu untuk menjadi Nabi dan Rasul.

Setelah Rasulullah SAW menjadi Nabi dan Rasul, Zainab pun masuk Islam. Namun, tidak dengan suaminya. Walaupun sudah diajak dengan sangat oleh Zainab. Zainab pun bersedih, tetapi ia terus berdoa agar Allah Ta'ala membukakan hati suaminya untuk beriman pada suatu saat nanti.

Namun, waktu yang lama, bujukan dan ajakan dari Zainab pun tak meluluhkan hati Abul al-Ash bin ar-Rabi untuk masuk Islam. Sampai kemudian Rasulullah SAW dan kaum muslimin harus hijrah ke Yasrib (Madinah) pun, dia tetap menolak masuk Islam. Bahkan melarang Zainab ikut berhijrah bersama ayahnya, Rasulullah SAW.

Bisa dibayangkan keinginan kuat Zainab untuk ikut pergi Hijrah ke Madinah mengikuti Rasulullah SAW dan kaum muslimin yang lain. Selain sebagai muslim yang ingin mendapatkan tempat yang layak untuk hidup berdasarkan syariat, juga keinginannya untuk berdekatan dengan sang ayah yang sangat dicintainya. Apalagi belum lama ini ibundanya tercinta, Khadijah telah meninggalkannya karena wafat.

Hampir setiap hari Zainab menangis karena rasa sedihnya. Tetapi kecintaan dan ketaatannya pada suami menyebabkan dia harus menanggung semua kesedihan itu. Rasulullah SAW pun tidak bisa memaksanya. Kecintaannya pada putri pertamanya tidak bisa mengalahkan 'aturan' bahwa seorang istri harus mengikuti suaminya.

Itulah Zainab binti Rasulullah yang mengorbankan rasa cintanya kepada ayahnya Rasulullah SAW untuk tetap hidup dalam sepi bersama suaminya, Abu Al-Ash bin Ar-Rabi'.

Sampai kemudian, tahun kedua setelah hijrah, terjadi Perang Badar. Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' pun ikut berangkat bersama pasukan Quraisy. Di akhir perang, suami Zainab ini menjadi tawanan perang. Kemudian, bukti kedua dari kecintaan Zainab kepada suaminya pun dibuktikannya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline