Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Pensiunan yang ingin terus menulis

Jangan Mengukur dengan Kesuksesan Orang Lain

Diperbarui: 26 Oktober 2020   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lubbockmusicscene.net

Suatu sore Si Jangkrik menantang Si Anjing untuk beradu siapa yang loncatannya paling tinggi. Mereka pun sepakat menjadikan pohon singkong yang ada di sana sebagai patokan siapa yang menang. Si Anjing mendapat giliran loncat pertama, dan sekali loncat dia berhasil melewati tinggi pohon singkong. Giliran Si Jangkrik yang loncat, ternyata loncatannya hanya melampaui setengah tinggi pohon.

Si Jangkrik kalah, dia pun meninggalkan Si Anjing dengan tertunduk.

Dua hari kemudian, karena mendapat ide bagaimana cara mengalahkan Si Anjing, Si Jangkrik datang lagi menemuinya. Tapi kali ini Si Jangkrik yang menentukan patokan: siapa yang loncatannya paling banyak dibanding tinggi tubuhnya, dia lah pemenangnya. Mereka pun sepakat.

Si Anjing yang pertama loncat. Setelah diukur, loncatannya ternyata sama dengan 4 kali tinggi tubuhnya. Giliran Si Jangkrik, setelah loncat dengan kekuatan penuh, kemudian diukur. Loncatannya berhasil menyamai 20 kali tinggi tubuhnya. Si Jangkrik senang, dia menjadi pemenang kali ini. Dia pun pulang dengan gagah.

Pelajaran yang kita bisa ambil dari Si Jangkrik, ukurlah kesuksesan dengan kemampuan yang ada pada kita. Setiap orang punya kondisi yang berbeda, nikmati kondisi itu, jangan melirik-lirik kondisi orang lain, lalu kita ingin seperti mereka. Apalagi memaksakan diri untuk meraih kesuksesan seperti mereka. Jangan sampai kita ngalamin apa yang dirasakan oleh salah seorang musisi dunia.

Tahun 1983 seorang gitaris sebuah grup band didepak oleh teman-temannya, sesaat sebelum penandatanganan kontrak rekaman album perdana mereka. Merasa dikeluarkan tanpa alasan yang jelas, dan mencium adanya bau konspirasi dalam pemecatannya, dia memendam dendam dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan pulang ke Los Angeles dari New York, di dalam bis, sang gitaris terus berpikir, bagaimana dia membalaskan dendamnya tersebut. Dia pun berniat membentuk grup band baru dan bertekad untuk sukses, sehingga teman-temannya akan merasa menyesal telah mengeluarkannya.

Sampai di LA dia lalu merekrut para musisi terbaik, kemudian dibentuklah sebuah grup band. Dia pun bekerja keras, berlatih rutin, menulis puluhan lirik. Energi dendam dalam hatinya terus memompa semangatnya untuk terus bermain band. Beberapa tahun kemudian band barunya berhasil menandatangani kontrak rekaman. Setahun setelah peluncuran album perdana mereka, kerja keras gitaris itu berhasil. 25 juta album perdana mereka berhasil terjual, dan setelah itu mereka pun menggelar banyak tour dunia.

Anda tahu siapa gitaris yang didepak itu? dia lah Dave Mustaine, dan nama grup band yang dibentuknya itu Megadeth. Grup band beraliran heavy-metal yang kemudian terkenal dan legendaris. Nama Mustaine sendiri didapuk menjadi musisi yang paling brilian dan berpengaruh dalam sejarah musik heavy-metal. Segala kesuksesan yang diinginkan setiap musisi kemudian diraihnya.

Namun, kesuksesan yang telah dicapainya itu tidak menghilangkan dendamnya pada grup band lamanya. Apalagi kemudian grup band lamanya itu berhasil menjual 180 juta album di rekaman perdananya. Lebih banyak dari penjualan album grup barunya. Nama grup band yang telah mendepaknya itu adalah Metallica, yang kemudian menjadi salah satu band terbesar sepanjang masa.

Capaian yang diraih Metallica ini membuat Mustaine terus merasa menjadi musisi yang gagal. Dalam sebuah wawancara di tahun 2003, Mustaine sambil berlinang airmata mengakui bahwa dia masih menjadi seorang musisi yang gagal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline